29. Cursed Child pt 1

1.9K 250 37
                                    

Flashback
.
Happy Reading



Irene menatap mansion yang ada di hadapannya lamat sebelum si kembar Bella dan Sunoo menyentak kedua tangannya menyadarkannya kembali pada realitas. "Ibu ini dimana?"

"Apa ini rumah baru kita?" Tanya Sunoo menggebu sementara Bella tertawa senang, "Wah rumahnya bagus ibu, luas sekali!!"

"Tidak sayang, ini bukan rumah baru kita." Kata Irene berjongkok untuk mensejajarkan tubuh dengan si kembar, "Ini tempat ibu bekerja mulai hari ini."

"Terus kenapa kita harus bawa koper juga?"

"Nyonya rumah disini baik jadi memberikan fasilitas tempat tinggal di belakang rumahnya agar bisa kita tempati."

"Begitu ya." Sunoo mengangguk sementara Bella sibuk menatap mansion yang megah itu. Dua anak kecil seumuran dengannya tampak bermain di depan halaman.

Irene segera menyapa Aros yang menjadi petugas keamanan disana, "Nyonya Sojin sudah menunggu anda."

"Baiklah."

Irene pun masuk dan meminta Bella serta Sunoo menunggu terlebih dahulu di depan post satpam.

"Hei, hei bawa bolanya kesini!" Teriak Jongseong keras pada Sunoo dan Bella yang berdiri tak jauh dari bola yang menggelinding ke arah mereka.

"Iya bawa kesini!" Sahut Sunghoon tak sabaran.

Sunoo pun menendang bola itu ke arah mereka. "Yak kubilang bawa!" Jongseong tak terima mendekat dan memukul Sunoo yang langsung tersungkur jatuh.

Bella yang tak terima adiknya di perlakukan seperti itu pun mendorong Jongseong menjauh, "Kau berani padaku?!" Jongseong mendorong Bella dan akan memukul tapi segera Sunghoon tahan.

"Sudahlah Jongseong. Nanti nenek menghukummu lagi."

"Ck." Jongseong menyentak kasar dan menunjuk Bella, "Urusan kita belum selesai."

Sementara Aros hanya menatap hal itu dengan helaan nafas. Tak bisa berbuat banyak karna berurusan dengan tuan muda kesayangan keluarga Park adalah hal yang sangat berbahaya untuk pekerjaannya.

Salah-salah langkah ia di pecat. Jadi diam adalah satu hal yang bisa ia lakukan begitupun dengan semua pelayan disini.

Setelah kepergian Jongseong dan Sunghoon, Sunoo pun segera membantu Bella berdiri kembali dengan benar. "Kakak tak apa?"

"Tak apa. Sunoo?"

"Aku juga."

"Kemarilah." Aros pun mendekat dan sedikit banyak membersihkan tanah yang mengotori pakaian keduanya. "Paman beritahu ya, bersikap baiklah pada dua tuan muda itu agar kalian dan ibumu tidak mendapatkan masalah, mengerti?"

••••

Bella menatap ibunya yang tengah sibuk mengajari Jongseong bermain piano pun cukup bosan. Sementara Sunoo dan Sunghoon terlihat berlarian di sekitar lantai bawah.

Ntah memperebutkan apa Bella pun tidak ingin tahu. Ia lebih memilih memperhatikan ibunya yang terlihat masih mengajari bagaimana Jongseong menekan tuts pada piano.

Sampai Bella pun bosan dan memilih berjalan mengitari sekitar lantai dua. "Wahh lukisannya bagus sekali.." Katanya sambil mendongak memperhatikan lukisan dan berusaha berjinjit untuk menyentuhnya namun kesulitan karna tinggi badannya.

Ia tak sengaja jatuh dan mendorong dinding yang berbalik membuatnya masuk ke dalam ruangan rahasia. "Tempat apa ini?" Ia bertanya heran dan terus berjalan menyusuri lorong yang kemudian berbelok ke arah kanan sampai menemukan kamar Jay.

Jay yang sibuk menggambar pun tersentak begitu menyadari ada anak asing di depan kamarnya yang bisa ia lihat karna dindingnya terbuat dari kaca. "Siapa?" Tanyanya setelah mendorong kursi rodanya keluar dari kamarnya. "Kau siapa?"

Bella mengkerut bingung, "Bukannya kau sedang belajar main piano dengan ibuku?"

"Oh itu pasti Jongseong. Aku Jay, adik kembarnya." Katanya riang gembira. Senang pada akhirnya ada yang datang kesini setelah sekian lama. "Kau kesini di suruh nenek untuk menemaniku?"

"Aniyaa..." Bella menggeleng pelan. "Hanya berkeliling karna bosan." Sambungnya membuat air muka Jay perlahan berubah sedih.

"Ta-tapi aku juga ingin bermain."

"Aku juga!!" Jay menyahut semangat. "Ayo masuk. Aku sedang menggambar."

"Bagus sekali." Bella masuk dan melihat gambar-gambar lukisan Jay yang tertempel di dinding. "Ini kau dan Jongseong?" Tunjuknya pada salah satu gambar.

"Iya. Baguskan?" Jay terlihat begitu semangat dengan iris hitamnya yang berbinar membuat Bella kesenangan juga mendapati teman yang hangat dan baik seperti ini.

"Kau juga bisa menggambarku tidak?"

"Bisa!!" Jay mendorong kursi rodanya dengan semangat menuju meja belajarnya dan mulai melukis Bella yang berdiri tak jauh darinya.

Pandangan keduanya beradu cukup lama, "Namamu siapa?"

"Bella."

"Aku suka matamu Bella. Birunya seperti lautan." Kata Jay membuat Bella tersenyun memperlihatkan lesung pipitnya.

"Usiamu berapa Bella?"

"Maret ini aku tujuh tahun."

"Aku april ini juga tujuh tahun. Jadi kita bisa berteman?"

"Tentu saja!"

Jay tertawa senang, "Jadi aku punya dua sahabat sekarang. Bella dan Heeseung." Katanya riang yang masih berkutat dengan lukisannya.

"Nama temanmu sama dengan tetanggaku. Dia juga temanku."

"Benarkah?"

"Iya." Bella mendekat sambil memperhatikan Jay yang masih sibuk menggambar dirinya. "Kenapa harus ada bintang disitu?"

"Aku suka saja. Ini bintang sirius yang cahayanya terang sekali kau pasti suka."

Bella yang tak mengerti tetap mengangguk dan memilih menatap sekitar kamar, "Kau tidur disini?"

"Iya." Sahut Jay, "Kenapa?"

"Tidak bosan?"

"Bosan juga tapi mau bagaimana lagi ibu dan ayah melarangku keluar."

"Kenapa?"

"Mereka malu punya anak cacat dan penyakitan sepertiku Bella." []

FRACTEDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora