19. Tricky

2.6K 260 44
                                    

Aku tahu Heeseung akan menungguku sebelum kembali ke Daegu. Ia tampak masih kesal dan mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri segalanya sebelum hubungan kami memburuk dan tak tertolong.

Karna bagaimana pun aku tetap ingin berteman dengan Heeseung seperti dulu. "Kau berkencan dengannya di belakangku?" Ia bertanya dengan nada pernyataan sambil mendribble bola basket asal.

Suara bola memantul terdengar nyaring di lapang indoor yang kini hanyalah tinggal kami berdua.

"Kami dekat." Kataku dan ia masih menunggu untuk apa yang aku katakan membuatku menatapnya penuh sesal karna dari segi manapun Heeseung adalah orang yang baik. Tidak patut untuk disakiti begini. "Tapi aku menyukainya." Sambungku kemudian.

Heeseung melempar bola basket ke arahku dan segera aku menangkapnya dengan sigap, "Bertanding denganku Bella dan jika aku menang maka kau tetap jadi milikku."

Aku menyanggupi karna di sekolahku dulu aku memang berada di tim inti bersama dengannya dan hal ini bukanlah hal baru. Dulu juga ia menggunakan pertandingan seperti ini untuk menjadi kekasihku.

Aku beberapa kali mencetak gol tetapi Heeseung selalu lebih unggul dan aku sudah mencapai titik lelahku berusaha semaksimal mungkin sampai aku terduduk dengan nafas memburu.

Pandanganku kian buram dan ia terkekeh menarik kerah seragamku erat, "Kau kalah dan kau tetap jadi milikku Bella." Desisnya dan aku untuk kali pertamanya mendapati sisi Heeseung yang seperti ini.

"Sung tapi--"

"Aku tidak peduli kau menyukai si Jake itu yang terpenting kau tetap jadi kekasihku."

"Tidak bisa begitu Heeseung." Aku beranjak dan menatapnya lurus-lurus, "Kita tidak bisa tetap mempertahankan hubungan seperti ini."

Ia berdecak dengan geraham beradu yang membuatku merasa ia menahan amarah yang membungbung tinggi, "Kau tahu aku bisa melakukan hal yang tidak pernah kau bayangkan Bella." Katanya membuatku terdiam dengan jantung bertalu dan melangkah mundur.

Ini bukan Heeseung yang kukenal.

Ia terkekeh kecil dan menyugar surai hitam jelaganya yang berkeringat, "Aku bahkan bisa memperkosamu sekarang sampai kau hamil anakku."

"Lee Heeseung cukup!"

Ia menarik kedua bahuku erat dan demi segala hal apapun aku ingin menjerit namun tertahan di pangkal tenggorokkan, "Tapi tidak. Aku sudah berjanji pada kakakmu untuk menjagamu. Jadi tolong tetaplah di jalur yang semestinya."

"Kau tetap menjadi kekasihku Bella."

Setelah berkata seperti itu Heeseung pun beranjak pergi meninggalkanku yang menatapnya redup. Bagaimana mungkin bisa seperti ini? Apa aku memang tidak mengenalnya dengan benar selama ini?

"Urusan kalian sudah selesai?" Tanya Sunghoon membuatku terkesiap dan dengan telaten ia mengusap keringat di dahi serta leherku oleh handuk kecil miliknya.

"Kau mengawasiku sedari tadi?"

"Tentu saja." Katanya mengangguk lucu membuatku terkekeh sesaat dan menepuk pipinya yang kemerahan. "Ayo pulang."

"Neee..." Ia memeluk lenganku erat, "Tapi kau tidak ingin mandi dulu?"

"Ya aku mandi dulu lah Hoon." Kataku karna tubuhku penuh keringat akibat pertandingan tadi. "Kalau begitu aku menunggu di parkiran ya."

"Ne."

Kami pun berpisah dan selama aku membersihkan diri pikiranku terus penuh akan kehidupanku yang menjadi rumit seperti benang kusut.

"Wah sekarang pacar Sunghoon sudah cantik dan harum ya." Kata Sunghoon menyambutku yang baru saja masuk ke dalam mobilnya membuatku mendengus.

"Apaan sih Hoon. Ayo pulang."

Ia mengecup pipiku sekilas dan mulai menjalankan mobilnya menuju rumahku dengan ia menceritakan pertandingan tadi yang jadi ace dalam tim karna Jay serta Jake cidera.

"Nah karna aku memenangkan pertandingan kau mau kan berkencan denganku hari ini?"

Aku menggangguk karna tak sampai hati menolaknya yang kini menatapku seperti anak anjing yang hilang, "Kajja.."

••••

Sunghoon terus memeluk lenganku posesif selama berjalan kesana kemari melihat etalase toko yang ada di mall atau memilah pakaian namun tak ada yang cocok.

Sampai kemudian membeli bandana untukku, "Kau lucu pakai ini."

"Ishh tapi ini untuk anak kecil."

"Aniyaaa kau cantik." Ia mengecup ujung hidungku yang membuat wajahku memerah apa lagi dilihat oleh penjaga toko yang mengulum senyum kearahku. "Aku beli ini untukmu." Katanya tanpa mau di bantah.

Lalu kami kembali berjalan berkeliling sampai di photobox dan melakukan sesi pemotretan selayaknya pasangan pada umumnya.

Kedua pipi kami saling menempel, berpelukan, saling menatap dan terakhir saling tertawa bersama. Yang dari foto terlihat kami seperti pasangan yang begitu manis tanpa ada tindak kriminal di belakangnya.

"Bukankah ini terlihat seperti pasangan potensial?" Kekehnya dan aku mengangguk. Kami masih mengamati foto sambil menunggu pesanan di dalam cafe.

Ia memberikan satu lembar foto lain padaku, "Satu ini kau simpan dan aku menyimpan satu yang lainnya." Katanya yang kuterima dan mengusap pipi kemerahannya sesaat.

Sunghoon terkekeh kecil dan memeluk lenganku posesif yang sesekali menduselkan ujung hidungnya membuatku terkekeh serasa membawa main bayi besar. "Bella.."

"Hm?" Aku mengecup puncak kepalanya sesaat yang bersandar pada bahuku. "Aku menyukaimu."

"Aku tahu."

"Tapi kau menyukai Jake." Lirihnya lantas mendongak menatapku, "Tidak bisakah kau menyukaiku?"

"Kalau begitu buat aku menyukaimu Hoon." Kataku yang sudah mulai lelah dengan perasaanku yang hanyalah satu pihak.

Ia tersenyum dan mengecup bibirku sekilas, "Aku akan melakukannya dengan cepat Bella." Katanya dan aku tersenyum menanggapinya sampai pesanan kami datang.

"Sunghoon." Seseorang berperawakan paruh baya tetiba saja datang mendekat. "Tuan mengatakan anda untuk segera pulang." Katanya membuat Sunghoon yang tadinya makan dengan lahap pun tampak kehilangan selera.

Ia berdecak. "Aku akan pulang sebentar lagi."

"Anda harus ikut dengan saya sekarang." Katanya dan Sunghoon terlihat menggertakkan rahang menahan amarah yang kugenggam tangannya lembut.

Ia melirikku dan menghela nafas, "Baiklah." Katanya dan beranjak, "Bella kau tak apa pulang sendiri?"

"Tak apa Hoon, pulanglah." Kataku sambil tersenyum dan melambai kearahnya yang mulai beranjak pergi.

Setelah menyelesaikan makan malamku ini. Aku pun segera beranjak pulang dengan bus dan saat di perjalanan mendapati pesan dari ibu yang memberitahuku bahwa bibi Oh di larikan ke rumah sakit secara mendadak.

Jadi ibu dan Sunoo akan menginap di rumah sakit untuk menjaganya malam ini karna tidak ada sanak keluarga lain.

Aku pun masuk ke dalam rumah dengan kunci cadangan yang selalu ibu simpan di bawah pot bunga halaman depan rumah. Sedikit bersenandung kecil menuju kamarku dan terkesiap saat mendapati Jay, "K-kau kenapa bisa ada disini?" []

_____________

Sedih banget dapet kabar jay positif lagi :(((

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Sedih banget dapet kabar jay positif lagi :(((

FRACTEDHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin