48

1.5K 157 4
                                    

Berapa hari ini Abi tak datang menemui Namira. Hal itu membuat Namira merasa lega sekaligus aneh.

Namira sadar, Abi tidak akan selalu ada untuknya. Pria itu perlu mengurus hidupnya sendiri. Suatu saat mungkin Abi akan menemukan seseorang yang dicintainya, kemudian menikah dan punya anak.

Air minum galon sudah habis, biasanya Abi yang akan membeli untuknya. Mungkin akhir-akhir ini pria itu sibuk sehingga tak bisa datang.

Namira mengambil dompetnya, hendak pergi ke minimarket untuk membeli air minum botol saja. Ia harus membiasakan diri dengan tidak bergantung kepada Abi. Ia sudah bertekad untuk hidup mandiri bersama anaknya.

Belum sempat Namira melangkahkan kaki ke jalan raya, dari kejauhan tampak motor Abi datang menghampirinya.

"Mau kemana, Na?" tanya Abi heran.

"Ke minimarket depan. Air minum gue habis." Namira menjawab jujur.

"Tunggu di dalam. Biar gue yang beli." Abi bersiap turun dari motornya.

"Nggak usah, Bi. Biar gue beli sendiri aja. Gue nggak mau tergantung sama lo ...." Namira berusaha mencegah Abi yang kini masuk ke kamarnya untuk mengambil galon kosong.

"Lo ngomong apa, Na? Lo sekarang tanggung jawab gue."

"Tapi, Bi ...."

Abi mengabaikan larangan Namira. Secepat kilat pria itu melesat ke minimarket.

Tak seberapa lama Abi kembali sambil memanggul galon di pundaknya. Kemudian ia mengangkat galon itu dan menumpahkannya ke dispenser. Dispenser itu Abi yang membelinya, tujuannya agar Namira tidak kesusahan saat membuat susu menggunakan air hangat.

Namira hanya bisa mengawasi segala tingkah laku Abi. "Beberapa hari ini lo kemana, Bi?"

Abi yang sedang mengelap galon dengan tissu, menghentikan kegiatannya. "Gue lagi ada tugas, Na. Di luar kota."

Abi belum siap mengatakan kepada Namira, bahwa kini dirinya telah menikah, sudah jadi suami orang. Abi merasa jalannya untuk bersama Namira kian jauh. Apa jadinya kalau Namira tau statusnya kini? Pasti wanita itu akan semakin menjauhinya.

"Udah bagus lo kayak gitu, Bi. Fokus aja urusin hidup lo. Jangan mondar-mandir kemari terus." Namira tertawa miris.

"Kenapa, Na? Lo marah karena beberapa hari ini gue hilang? Atau karena lo kangen?" goda Abi.

"Gue malah seneng kalau lo nggak datang. Hidup gue jadi lebih tenang ...."

Abi menatap Namira datar. "Benar seperti itu, Na? Lo akan lebih senang kalau gue pergi?"

Namira membalas tatapan Abi, ia berkata dengan tegar. "Iya. Gue lebih tenang kalau lo nggak ada."

"Baiklah kalau itu mau lo, Na. Gue akan pergi." Abi keluar begitu saja dari kamar Namira.

Namira tak menyangka kalau Abi akan mengabulkan permintaannya tanpa perdebatan.

Sebenarnya Abi tidak benar-benar ingin meninggalkan Namira. Ia memang ada tugas ke luar kota untuk beberapa hari ini. Setelah pulang dari tugasnya, ia akan menemui Namira lagi. Sebelum pergi, ia memastikan semua kebutuhan Namira tercukupi untuk beberapa hari kedepan.

***

Safira resah karena beberapa hari ini Abi tidak pulang. Pikirannya semakin sesak membayangkan kemungkinan Abi menginap di rumah Namira. Safira marah karena Abi telah berani selingkuh terang-terangan di depan matanya. memangnya ia dianggap apa?

Dengan perasaan marah, Safira pergi ke rumah Namira. Dia mengetuk pintu kosan Namira dengan marah.

Namira panik, ia trauma ketika ada yang mengetuk pintunya dengan keras. Seperti peristiwa kedatangan mama Deva waktu itu.

Ketukan pintu terdengar semakin keras. Namira terpaksa membuka pintu. Ia kaget karena yang sedang berdiri di depan pintu itu adalah Safira.

"Safira? Kamu?"

"Mana Mas Abi?" Safira langsung masuk ke kamar Namira dengan lancang. Nada bicaranya juga terdengar dingin. Membuat Namira heran. Ini bukan seperti Safira yang ia kenal.

"Maksud kamu apa, Safira?"

"Mas Abi! Keluar!" Safira masuk ke kamar mandi Safira, nihil, tak ada seorangpun di sana.

"Ada apa, Safira? Abi tak ada di sini."

Safira membalikkan badan dengan kasar. "Aku peringatkan kepada Ibu, mulai sekarang, jangan pernah menggoda Mas Abi lagi!"

Menggoda? Namira sungguh tidak mengerti dengan sikap Safira yang ketus.

"Ibu tidak mengerti maksud kamu, Safira. Ada apa sebenarnya?"

"Aku dan Mas Abi sudah menikah, Bu. Jadi sebaiknya kalian hentikan perselingkuhan ini sekarang juga! Aku tidak akan tinggal diam, akan aku adukan perbuatan bejat kalian kepada mama mas Abi." Ancam Safira.

"Perselingkuhan apa, Safira? Apa buktinya?" Namira bicara dengan suara bergetar. Air matanya tak henti mengalir. Kenapa cobaan datang bertubi-tubi saat ia sedang hamil seorang diri begini.

Safira menunjuk perut Namira. "Buktinya adalah bayi yang ada di kandungan Ibu!"

"Apa?"

***
Heh, Safira! Murid durhaka lo! 🤣🤣🤣

Cerita ini gue kebut, ya Gaes. Supaya cepat tamat. Rencananya cerita ini akan gue ikutkan di wattys juga. Total 7 cerita gue yang akan ikut wattys. Dan syarat ikut wattys itu cerita harus dalam keadaan tamat.

Yah, bisa dibayangkan betapa ngebutnya gue. Mana pendaftaran di tutup bukan Agustus. Sebenarnya masih banyak konflik yang mau gue kembangkan.

Doakan semoga gue bisa memenuhi dead line ygy 🤧🤧🤧

Azka dan NamiraWhere stories live. Discover now