37

1.7K 172 11
                                    

"Ibu ... aku mampir ...."

Betapa kagetnya Namira, ketika melihat Deva ada di depan kamar kosnya. "De-Deva ... bagaimana kamu bisa sampai sini?" tanya Namira terbata.

"Aku naik jet pribadi, Bu. Hehe ... bercanda. Aku naik kapal pesiar, eh becanda terus." Deva memukul bibirnya. "Aku naik ojol, Bu."

"Aku nggak disuruh masuk, gitu?" Deva menggaruk kepalanya canggung.

"Di sini saja, Deva. Ibu tinggal sendiri soalnya." Namira mengajak Deva duduk di kursi depan kosannya. Kursi itu 'inventaris' kos-kosan.

"Ibu tadi lagi ngapain?" tanya Deva, mengamati penampilan Namira yang hanya mengenakan daster longgar dan juga kerudung bergo instan.

"Tadi Ibu sedang makan." Namira menjawab jujur. Ia juga kepikiran dengan nasi yang sudah terlanjur ia siram kuah sayur. Pasti sudah njebeber (bahasa Jawa. Artinya kuahnya menyusut terserap oleh nasi, menyebabkan nasi itu menjadi mekar, gendut-gendut, tapi lembek seperti bubur. Semoga bisa dipahami 🥺)

"Silakan Ibu teruskan saja makannya." Deva mempersilahkan, sekalian kode supaya diajak makan juga. Sekali-sekali ia ingin merasakan masakan Namira.

Senyum Deva mengembang saat Namira keluar dengan membawa panci magic com dan juga mangkok sayur.

"Kamu makan sekalian, Deva. Maaf, cuma lauk seadanya."

Deva memandang sedih ke arah sayur labu air (kenthi) di depannya. Sejak kecil ia benci sayuran lembek, seperti terong dan oyong (gambas). Tapi karena ini masakan Namira, maka ia akan melanggar 'fobia' nya.

"Makan, Deva." Namira memepersilahkan Deva untuk mengambil nasi.

Dengan antusias Deva mulai makan. "Masakan Ibu enak."

"Bukan Ibu yang masak, Deva. Kebetulan ini tadi dikasih tetangga sebelah." Namira mengarahkan dagunya ke kamar samping kosannya. Bahu Deva langsung lemas.

"Kamu suka sayur labu ternyata." Namira tertawa geli.

"Tapi rasa masakan ini agak kemanisan, Bu." Deva mengeluh. Ia memang kurang suka dengan makanan Jogja yang kebanyakan bercita rasa manis.

"Deva, kamu sudah pernah makan gudeg?" tanya Namira.

"Belum. Kenapa, Bu?" Deva bertanya balik.

Namira tertegun, entah kerena efek ngidam atau apa, dari kemarin ia kepikiran ingin makan gudeg. Sebagai wanita hamil yang tak bersuami, sungguh ini merepotkan dirinya. Memang penjual gudeg bertebaran di sepanjang jalan Malioboro. Tapi yang ia inginkan adalah gudeg di Sagan.

"Ibu mau makan gudeg? Ayo aku antar."

Tawaran Deva bagaikan angin surga di telinga Namira. Ia orang baru di sini, belum begitu mengenal jalan. Setidaknya ada Deva, kalau kesasar ada temannya.

"Bagaimana kalau besok, Bu. Kata papa, motorku akan dikirim besok."

"Ibu nggak mau naik motor, Deva." Namira memikirkan kandungannya. Ia tau betul, seperti apa jenis motor Deva.

"Baiklah, Bu. Kalau begitu aku akan minta dikirim mobil saja."

Namira melongo dengan kegigihan Deva mendekatinya.

***

Abi mulai jengah dengan usaha mamanya menjodohkan dia dan Safira. Berbeda dengan Safira yang langsung menerima perjodohan mereka, Abi menolaknya mentah-mentah.

"Bi, gimana kalau pernikahan kamu dan Safira diselenggarakan sebelum Safira masuk kuliah?"

Abi menatap datar ke arah mamanya. "Siapa yang mau menikah, Ma? Aku belum bilang setuju."

"Bi, Mama mohon. Untuk kali ini saja. Penuhi harapan Mama."

"Tapi, Ma ... bagaimana Abi bisa menikahi wanita yang tidak Abi cintai?" Abi bersimpuh di depan Mamanya, sambil menangkup kedua tangan mamanya.

"Cinta bukan segalanya, Bi. Dia akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Lihalah Mama dan ayah kamu. Apa kami terlihat tidak bahagia?"

Abi menghela nafas berat. "Aku bukan seperti ayah, Ma. Aku takut akan menyakiti Safira juga."

Tanpa mereka sadari, Safira menguping pembicaraan mereka. Air mata Safira tiba-tiba menetes. Abi telah menolaknya.

***

"Lukas. Aku dengar kamu akan segera di mutasi?" tanya Abi kepada rekan sejawatnya.

"Iya, Bi. Sebenarnya aku juga berat meninggalkan istriku. Apalagi dia sedang hamil muda. Anak pertama kami. Tapi, mau bagaimana lagi? Namanya juga tugas negara." Lukas berkata dengan sedih.

"Mau tukar denganku, tidak?" tanya Abi.

Mata Lukas berbinar. "Benar kau mau menggantikan aku, Bi?"

Abi mengangguk. "Iya. Nanti kita coba bicara dengan atasan kita."

🍩🍩🍩 *** 🍩 🍩🍩 ***

Siapa yang bisa menebak, Abi mau dimutasi kemana? Yang jawab dapat hadiah donat 🤣🤣🤣




Azka dan NamiraWhere stories live. Discover now