28

1.7K 182 1
                                    

Azka mengamati wanita kurus di depannya, wanita itu terbaring lemah dengan beberapa luka lebam di tubuhnya. Perempuan itu datang seorang diri dini hari ini. Saat itu kebetulan Azka sedang berjaga di UGD.

Azka memastikan identitas wanita itu, ia memeriksa kartu pengenal di bagian administrasi. Memang benar dia.

Ini bukan kamu 'kan? Kamu bukan Renita yang aku kenal.

"Sepertinya korban penganiayaan, Dok. Apa perlu kita panggil polisi?" Suster Vina berbisik kepada Azka. Saat ini mereka berdua sedang berada di samping ranjang Renita, mengawasi wanita yang sedang tertidur pulas itu.

"Nanti saja, Sus. Kita konfirmasikan dulu kepada yang bersangkutan." Azka mencegah Vina yang hendak mengeluarkan ponselnya.

"Sejak datang beberapa jam yang lalu, dia menolak bicara, Dok. Pandangannya juga kosong. Sebaiknya kita rujuk saja ke spesialis kejiwaan," saran suster Vina.

"Kita lihat dulu perkembangannya. Sambil kita obati luka-lukanya," kata Azka sembari memeriksa selang infus Renita.

"Sebentar lagi waktunya dokter pulang. Ada saran tindakan yang harus saya lakukan, jika pasien terbangun?"

"Sepertinya saya tidak akan pulang, Sus."

Vina kaget mendengar penuturan Azka. Setau dia, beberapa hari ini Azka selalu mengusahakan untuk pulang cepat. Yah, maklumlah namanya juga pengantin baru.

"Tapi, Dok ...."

"Dia kenalan saya."

Vina melongo mendengar penuturan Azka. "Dokter kenal dia?"

Azka mengangguk pelan. "Sudah hubungi keluarga pasien?"

Vina menggeleng. "Pasien mengaku tak punya sanak saudara, Dok. Katanya dia bertanggungjawab atas dirinya sendiri."

Azka mengangkat alisnya. "Suaminya?"

Vina menggeleng. "Kurang tau, Dok. Di tanda pengenal memang berstatus menikah. Tapi pasien sama sekali tidak mencantumkan nama orang yang bisa dihubungi."

"Ya sudah, terima kasih atas informasinya. Sebentar lagi shift kamu akan berakhir. Silakan pergi." Azka mempersilahkan Vina pergi.

Vina memastikan pendengarannya. "Beneran Dokter yang akan jaga dia?"

"Iya, Sus. Saya yang akan menjaga dia. Kamu boleh pulang." Azka menyuruh Vina untuk pulang.

Mau tidak mau Vina segera angkat kaki dari bilik Renita. Ia tetap pergi, walau merasa ada yang janggal.

Sepeninggal Vina, Azka terus saya menatap ke arah Renita. Wanita itu kini tampak sangat tak terawat, rambutnya kusut masai, kulitnya kusam. Matanya juga cekung. Sangat berbeda dengan Renita yang ia kenal beberapa tahun silam.

"Sebenarnya kamu kenapa, Nit?"

Sementara itu ....

Namira sengaja memasak subuh-subuh, sebentar lagi Azka akan pulang. Namira mulai menyukai kegiatannya sebagai ibu rumah tangga. Memasak, beberes rumah, menunggu suami pulang.

Pukul 6 pagi semua masakannya sudah beres. Sembari menunggu Azka pulang, ia mulai memasukkan cucian kotor ke mesin cuci.

Namira sengaja menyelesaikan semua tugas rumah tangganya, supaya bisa menemani Azka tidur. Biasanya sepulang shift malam dan sesudah makan, Azka selalu minta ditemani tidur. Bisanya baru bangun pukul 12 siang, sore harinya mereka biasanya jalan-jalan. Sebelum Azka berangkat ke rumah sakit lagi pada malam harinya.

Namira melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh, tak biasanya Azka pulang terlambat tanpa memberikan kabar. Makanan di meja juga mulai dingin.

Azka dan NamiraWhere stories live. Discover now