29. Seperti Kapal Pecah

22 1 0
                                    

Happy Reading!

Assalamualaikum wr.wb...
Gimana kabar nya prendd??
Alhamdulillah kalau baik, kalau sakit Syafakillah/syafakallah ya^^
Lanjut ya? Okke!

----

Keyana termenung di balkon rumahnya sambil menikmati coklat panas dan menunggu sunset. Balkon kamarnya menghadap arah barat, sengaja, karena ia pecinta sunset, jadi ia memilih kamar sebelah barat. Rencana nya Al akan mengambil barang-barang di kediaman Al Farizi nanti habis Isya, sekalian mau jalan-jalan malam. Sudah lama juga, Keyana tidak keluar malam.

'Gue bahagia sih Al ternyata abang gue, tapi gue juga sedih, gak bisa memiliki dia seutuhnya, hanya sekedar saudara kembar.' Batin Keyana.

Ia menghembuskan nafasnya perlahan. "Emm Ga papa lah, mungkin dia ditakdirkan menjadi kembaran gue, bukan jodoh gue." Gumamnya.

"Kok kata Ira, Rina, Fika bener ya? Dulu gue ga suka sama Al, tapi lama kelaman gue suka sama dia. Mungkin gue hanya terobsesi aja." Ia menghembuskan nafasnya gusar.

"Astagfirullahaladzim! Tingkatkan iman mu nak! Ya Allah ampuni hamba. Gue sudah berharap lebih sama dia. Udah lah, gue harus negak in iman gue." Gumamnya lagi.

"Mending sekarang gue murajaah hafalan, daripada mikir aneh-aneh. Nanti kalau kebanyakan pikiran ilang semua, lumayan udah 20 juz, 10 juz lagi khatam. Bissmillah." Keyana mengambil Mushaf di kamarnya, kemudian kembali lagi ke balkon, ia membuka surah yang ia mau murajaah untuk jaga-jaga kalau ada yang lupa. Keyana memejamkan matanya agar bisa fokus.

Angin sore menerpa wajahnya dengan lembut, membuatnya semakin khusyu untuk murajaah.

Auzdubillaahiminassyaitonirrojim..

Bissmilahirahmanirrahim..

Ar rohmaan.

'Allamal-quraan.

Kholaqol-insaan.

'Allamahul-bayaan.

Asy-syamsu wal-qomaru bihusbaan.


Surah Ar Rahman mengalun indah memenuhi sudut balkon kamarnya. Suara Keyana sangat merdu, ia menuruni suara bundanya yang tak kalah merdu darinya.

***

Al keluar dari kamarnya, ia sudah sangat betah di rumah Furqon, baru sehari aja rasanya sudah beberapa tahun tinggal disana.

Ia mendengar ada orang mengaji suara itu berasal dari arah kamar Keyana. Pintu kamar Keyana terbuka sedikit. Al mendorong pelan pintu tersebut, tidak ada siapapun disana, ia masuk ke dalam. Ia berjalan menuju balkon, dan pintu balkon terbuka, mungkin orangnya ada disana.

Setelah sampai di ambang pintu balkon, ia melihat Keyana duduk di kursi dengan memegang Mushaf dan memejamkan matanya. Al ikut memejamkan matanya menikmati suara indah dari adiknya itu. Al menyenderkan badannya di kusen pintu dengan tangan bersedekap dada dan matanya yang masih terpejam.

Shodakallaah hul'aziim.

Keyana mengakhiri murajaah nya dan mencium mushafnya tiga kali. Al yang sudah tidak mendengar suara Keyana lagi, ia membuka matanya.

Ternyata Tertukar [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang