Cerita bi Asih

15 9 18
                                    

HELLO HELLO HELO!!!

Happy reading yuhu💚

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT.

Typo kasih tanda ya.

Typo kasih tanda ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Aeri mencelupkan kakinya ke dalam air kolam renang, gadis itu sedari tadi hanya diam. Keterdiaman Aeri sukses membuat beberapa orang yang dekat dengannya merasakan kehilangan, setiap pagi biasanya akan ada kebisingan dan celoteh Aeri kini suasana disana kembali seperti dulu, seperti saat Aeri belum datang.

"Aeri."

Gadis itu menatap bi Asih sekilas lalu setelahnya Aeri kembali menatap ke depan, Aeri sebenarnya malu menampakan diri pada orang lain. Tapi bi Asih yang memaksa Aeri untuk keluar kamar, wanita paruh baya itu takut terjadi sesuatu pada Aeri jika gadis itu terus mengurung diri.

"Aeri belum sarapan lho, ayo sarapan dulu."

Gelengan Aeri membuat bi Asih menghela napas pelan, wanita itu ikut duduk di sisi Aeri. Tangannya terjulur mengusap kepala Aeri sayang.

"Kamu hebat, kamu kuat sejauh ini. Aeri jangan terlalu larut dalam kesedihan, bibi tau ini pasti berat. Tapi kamu harus bangkit dan semangat lagi, bersyukurlah hal itu tidak benar-benar terjadi. Diluar sana ada banyak orang yang mengalami hal yang sama bahkan lebih parah, jadi kamu harus bersyukur dan semangat lagi ya."

Aeri menolehkan kepalanya, tatapan gadis itu masih terlihat kosong.

Bi Asih yang melihat Aeri menatapnya langsung menyunggingkan senyum indahnya, tangan wanita itu beralih menggenggam tangan Aeri.

"Kamu pasti takut nak." Ucapan bi Asih berhasil membuat raut wajah Aeri berubah, wajah gadis itu memerah. Aeri memeluk bi Asih dengan cepat, gadis itu kembali menangis disana.

Aeri benar-benar takut, bayang-bayangnya belum bisa hilang.

Bi Asih ikut menitihkan air matanya, tidak terbayang olehnya bagaimana jika anaknya yang ada diposisi Aeri. Pasti sangat menakutkan.

"Bibi mohon, jangan merasa sendiri Aeri. Bibi gak mau hal dulu terulang lagi."

"Dulu?" Aeri mengurai pelukannya.

"Ada hal serupa yang pernah terjadi pada keluarga ini dua tahun yang lalu, bersyukurlah nak. Kamu masih diberikan keselamatan."

"Siapa?" rasa penasaran Aeri seperti dibangkitkan oleh bi asih.

"Saudara tuan Jeffrey, anak cantik itu sudah seperti adik bagi tuan. Entah apa yang terjadi bibi juga kurang tau, pagi itu semuanya gempar saat dia mengaku hamil anak teman sekolahnya. Sampai beberapa bulan berlalu, dia memilih pergi." Ucapan bi Asih berhasil membuat pikiran Aeri teralihkan, gadis itu menatap bi Asih serius. Menunggu kelanjutan ceritanya.

LEERAERIN [Completed]Where stories live. Discover now