𝟐𝟗. 𝐀𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡

271 33 152
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Hari-hari berlalu dengan cepat sampai tiba hari ini adalah hari terakhir ujian. Hanya ada satu mata pelajaran di akhir ujian, yaitu kimia. Kelas tampak hening dan para murid sibuk berkutat dengan soal kimia. Arlena menggaruk pelipisnya, "Bener gini gak, sih? Kok gak yakin."

Gadis itu mendongakkan kepalanya ke arah depan. Di mana bangku tersebut diisi oleh Shaka, Ari, dan juga Aaron. Ketiga laki-laki itu bahkan sudah tidak memegang alat tulis alias mereka sudah selesai mengerjakan soal ujian.

Arlena mendengus, dia iri dengan kepintaran yang dimiliki oleh mereka. Daripada insecure, Arlena kembali mencoba mengerjakan tiga soal yang masih belum bisa dia selesaikan.

"Waktu kalian tinggal lima belas menit. Kerjakan dengan hati-hati dan jangan lupa untuk mengoreksi jawaban terlebih dahulu," ucap Bu Saras. Ya, yang bertugas sebagai pengawas di kelas ini adalah wali kelas mereka sendiri.

"Baik, Bu."

Arlena jadi panik sendiri. Sebisa mungkin dia menjawab soal tersebut sesuai dengan ingatannya. "Please, semoga bener," lirihnya sambil menyatukan telapak tangannya.

KRING KRING KRING

"Baiklah, waktu sudah habis. Silahkan kumpulkan soal dan lembar jawaban kalian di meja sini," titah beliau.

Semua murid lantas berbondong-bondong maju ke depan untuk meletakkan soal ujian dan lembar jawaban. Karena Arlena malas berdesak-desakan, alhasil gadis itu menunggu di samping mejanya. Setelah semua kembali ke tempat duduk masing-masing, Arlena baru meletakkannya di meja.

"Taruh sini, ya. Arlena, kamu bisa bantu Ibu bawa ini ke ruang guru?" tanya Bu Saras meminta pertolongan.

Arlena mengangguk, "Bisa, Bu."

"Kalian bisa pulang sekarang. Hati-hati di jalan dan sampai ketemu di hari Senin depan," ucap beliau.

"Baik, Bu."

"Ayo, Arlena."

Arlena mengangguk lalu membawa tumpukan lembaran itu ke dalam dekapannya. Shaka lantas berdiri menyusul Arlena, "Biar gue aja."

"Gak usah. Yang disuruh itu gue, Ar."

"Tapㅡ"

"Berisik. Mending lo bantu rapihin barang-barang gue. Duluan," pamit Arlena.

"Yaudah. Hati-hati, ya, Sayang."

Arlena menoleh ke belakang seraya mendelik tajam. Shaka sampai terkekeh dibuatnya.

"Dasar gila," gumam Arlena. Gadis itu mempercepat langkahnya agar bisa berjalan tepat di belakang wali kelasnya.

Koridor lantai tiga tampak sepi, tidak seperti koridor lantai dua dan satu. Tak lama setelah itu, Arlena sampai di depan ruang guru.

"Ayo masuk," ajak gurunya.

"Iya, Bu."

Arlena membuntuti Bu Saras karena dia tidak tau di mana letak meja beliau.

"Tolong kamu taruh di situ, ya."

"Sudah, Bu. Saya pamit keluar dulu."

Bu Saras tersenyum, "Terima kasih, ya, Nak."

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )On viuen les histories. Descobreix ara