𝟒𝟓. 𝐔𝐣𝐢𝐚𝐧 𝐍𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥

201 24 106
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Kebanyakan murid menganggap ujian nasional adalah hal yang paling mengerikan, termasuk Arlena. Namun hal itu tidak berlaku bagi tiga sekawan. Ketiganya malah tidak sabar untuk segera mengerjakan soal.

"Kamu takut?" tanya Shaka pelan kepada Arlena yang duduk di sebelahnya.

Gadis itu menoleh, "Banget."

"Santai aja. Ada aku," goda Shaka sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Apaan, sih?"

"Baiklah. Silahkan log in mulai dari sekarang. Jangan buru-buru dan kerjakan soal dengan teliti. Semoga sukses," ucap guru pengawas.

Seluruh murid di ruangan langsung fokus mengerjakan soal. Ada yang kaget karena melihat soal yang terlampau susah, ada yang murid yang nampak biasa saja, dan ada murid yang malah tersenyum saat melihat soal terpampang di laptop. Mereka itu adalah trio Cassanova sekolah.

"Ah, soal ini," gumam Shaka seraya terkekeh.

"Kok gampang banget soalnya?" tanya Ari heran.

"Ini mah dikerjain pake mata ketutup juga bisa," ucap Aaron pelan.

Ya, ketiga laki-laki itu tampak tidak menemukan kesusahan dalam menjawab soal. Terdengar sombong memang, tapi itulah kenyataannya. Tiga sekawan itu terlahir dengan IQ di atas rata-rata.

Di sisi lain, Arlena melirik Shaka yang tengah fokus mengerjakan soal. Bahkan dengan senyum yang terpasang di wajahnya. "Bisa-bisanya ada soal susah dia malah senyum," gumam Arlena.

Gadis itu kembali fokus pada laptop di depannya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Oke, fokus. Harus dapet nilai bagus gimana pun caranya," ucapnya pada diri sendiri. Arlena sudah mantap dengan keputusannya untuk kuliah di luar negeri. Maka dari itu, nilai ujiannya sangat berpengaruh dalam hal ini.

Bibirnya mulai membaca soal dengan pelan. Dipahaminya soal itu baik-baik lalu tangannya menggerakkan mouse untuk menjawab soal.

Begitu seterusnya sampai di soal terakhir. Meskipun ada kalanya Arlena menemukan kesusahan, namun pada akhirnya pula dia mampu mengatasinya dengan baik.

Tak lupa juga dia mengecek kembali jawabannya jika ditemukan kesalahan. Setelah yakin, Arlena melihat jam dinding yang terpasang di depan kelas.

"Kurang sepuluh menit lagi."

Dia melihat pengawas tengah sibuk dengan laptopnya. Di saat itu juga Arlena menoleh ke arah Shaka. Laki-laki itu bertanya apakah dia sudah mengerjakan soal atau belum.

Arlena tersenyum lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Shaka bernafas lega saat mendengarnya. Tangannya menginterupsi Arlena agar kembali menghadap ke depan. Takut jika guru pengawas memergoki keduanya tengah mengobrol.

Dengan terkekeh geli, Arlena kembali mengalihkan pandangannya ke depan sesuai perintah Shaka.

"Waktu mengerjakan kurang dari lima menit lagi. Silahkan kirim jawaban kalian dan segera log out. Jangan lupa juga untuk matikan laptop setelahnya."

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Where stories live. Discover now