𝟐𝟔. 𝐑𝐞𝐬𝐦𝐢

275 35 222
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Btw, cerita ini masih dapet setengah jalan. Kalian masih setia buat nunggu sampe tamat, kan?

Selamat Membaca

☆☆☆

Hari ini tepat seminggu sejak Shaka meminta untuk bertanding ulang melawan Arlena. Ya, ini adalah momen penentuan apakah Arlena akan menjadi pacar Shaka atau tidak. Shaka dan kedua sahabatnya sudah datang terlebih dahulu ke gedung latihan.

Shaka duduk dengan gusar, "Ah, s*al. Kok gue gugup, sih?"

"Takut kalah lo?" tanya Aaron.

"Iyalah anjir."

"Jelas kalahnya lo, Ka," sahut Ari tiba-tiba.

Aaron menyikut lengan Ari, "Jangan gitu, Ri. Bikin Shaka jadi pesimis aja."

"Tapi gue ngomong fakta. Arlena udah ahli, sedangkan lo baru-baru ini aja belajarnya. Mana bisa orang latihan cuman lima kali mau ngalahin orang yang udah ahli di bidang itu. Kecuali lo main curang," tutur Ari.

Shaka mengernyitkan keningnya. Tunggu, apakah tadi Ari bilang curang? Sepertinya dia tau bagaimana cara mengalahkan Arlena.

"Curang, ya? Kayaknya gue tau cara kalahin Arlena," gumam Shaka.

"Jangan main kasar lo. Ditonjok Arlena yang ada," ucap Aaron mengingatkan.

"Ya, nggaklah. Tenang aja."

Ari menepuk pundak Shaka dua kali.

"Semangat. Jangan sampe lengah kalo mau menang," nasehat Ari.

"Thanks."

"Eh, Arlena dateng," bisik Aaron.

Shaka berbalik badan. Perempuan yang sedari tadi dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dia menghampiri Arlena dengan senyum merekah. "Hai," sapanya.

"Kesambet lo?" herannya.

"Bukannya bilang hai balik, malah dikatain kesambet. Omong-omong gue udah siap," ujar Shaka sambil merapatkan sabuknya.

Arlena mengangguk, "Lo ke sana dulu."

"Oke."

Setelah Shaka pergi ke tengah-tengah arena, Arlena berjalan ke pinggiran untuk menaruh barang-barangnya. Dia mengambil tusuk rambut dari dalam tasnya dan langsung menyanggul rambutnya.

"Semangat, Len," ujar Ari.

"Hm."

Arlena berjalan menghampiri Shaka ke tengah arena. Ketika hendak memberikan salam, Shaka lebih dulu menghentikannya.

"Eh, bentar, Len."

"Apa?"

Shaka berdehem sebentar, "Aturannya cuman jatuhin lawan aja, kan? Gak ada aturan lain?"

"Kan lo udah tau. Kenapa masih nanya?" tanya Arlena malas.

"Cuman mastiin aja, kok. Yaudah, ayo!" seru Shaka semangat.

Arlena dan Shaka membungkukkan badan sebagai bentuk salam. Gadis itu tersenyum miring, "Sini maju," tantangnya.

Bukannya maju, Shaka malah diam di tempatnya sambil berkacak pinggang. "Lo aja yang ke sini," ucapnya.

"Takut kan lo?"

"Mana ada," tukas Shaka cepat.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Arlena mulai mendekat ke arah Shaka. Dia mencoba meraih kerah seragam Shaka, namun laki-laki itu berkali-kali lolos. Karena merasa geram, Arlena mulai mencoba meraih kerah Shaka dan berhasil.

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant