𝟐𝟑. 𝐏𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐚𝐟

281 37 208
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Saat ini Arlena dan Dinda sedang berjalan ke arah kantin selepas pelajaran olahraga. Bahkan keduanya masih belum berganti seragam. Arlena mengeluarkan tusuk rambut dari saku celana dan langsung menyanggul rambutnya.

"Suka banget lo sama tusuk rambut, Len," celetuk Dinda yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Arlena.

Arlena tersenyum, "Suka banget emang."

"Lo punya berapa, sih? Ada yang model bunga, bintang, sama bulan. Bahkan model simple aja lo juga punya."

"Lo perhatiin gue banget, ya?" kekeh Arlena.

"Habisnya lo sering pake itu, sih. Kalo lo ulang tahun dikado tusuk rambut udah seneng banget kayaknya," sahut Dinda.

"Buruan kado kalo gitu," timpal Arlena.

Kening Dinda mengernyit, "Lo ulang tahun sekarang?"

"Nggak."

"Jangan ngomong kalo gitu. Dasar lo," cibirnya.

Arlena hanya terkekeh seraya melihat kakinya yang terbungkus sepatu berwarna putih. Tak lama setelah itu, keduanya telah sampai di kantin. Karena bel istirahat belum berbunyi, maka kantin kali ini masih sepi. Inilah kelebihan setelah pelajaran olahraga, selalu selesai lebih dulu dibandingkan mata pelajaran yang lain.

"Pesen apa, Din?" tanya Arlena seraya melihat papan menu yang tergantung. Dinda bergumam dan tampak bingung memilih menu makan siangnya kali ini.

"Mac and cheese enak kayaknya," gumam Dinda.

"Kalo gue pengen omurice," ucap Arlena.

Dinda menoleh, "Yaudah, lo ke sana. Gue ke situ."

"Oke."

Keduanya berpisah karena makanan tersebut dijual pada tempat yang berbeda. Setelah membayar dan menunggu makanan, akhirnya pesanan Arlena sudah jadi. Dia membawa nampan berisikan sepiring omurice dan sebotol air mineral.

Arlena menyusul Dinda yang masih menunggu makanannya. "Masih lama, Din?"

"Nggak, kok."

"Silahkan pesanannya," ucap pegawai tersebut seraya menyodorkan nampan kepada Dinda.

"Terima kasih. Yuk, Len!"

Arlena mengangguk dan berjalan berdampingan dengan Dinda. Keduanya duduk di meja dekat dengan kaca besar yang ada di sampingnya.

"Selamat makan!" seru Dinda antusias.

"Selamat makan juga," balas Arlena. Keduanya langsung mengambil suapan pertama dan mengunyahnya. Arlena dan Dinda spontan menatap satu sama lain dengan mata berbinar. "Enak!" ucap keduanya kompak.

"Mau cobain?" tawar Arlena.

"Boleh. Lo harus cobain punya gue juga."

"Ih, enak," ucap Dinda di sela-sela kunyahannya.

Arlena tertawa, dia menunjuk makanan Dinda dengan telunjuknya. "Ini juga enak. Gue suka," sahut Arlena.

KRING KRING KRING

"Udah bel istirahat aja," gumam Arlena.

Dinda mengangguk, "Bentar lagi banyak murid yang ke sini," ucapnya seraya memandang pintu masuk kantin. Arlena berbalik badan mengikuti arah pandang Dinda dan benar saja pintu masuk kantin mendadak ramai oleh murid-murid.

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Where stories live. Discover now