𝟑𝟎. 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐮𝐣𝐮𝐤 𝐒𝐡𝐚𝐤𝐚

276 34 157
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Arlena mendongakkan kepalanya. Dia bisa melihat wajah Shaka yang masih emosi, bahkan laki-laki itu hanya diam dan menatap lurus. Tidak menoleh ke arah Arlena sedikit pun.

Gadis itu menoleh ke belakang di mana Ari dan Aaron berada. Dia menunjuk Shaka lalu mengangkat kedua tangannya.

'Dia marah?' tanya Arlena tanpa suara.

Ari mengangguk, 'Lo bujuk dia,' balas Ari tanpa suara pula.

Aaron mengibaskan tangannya, "Buruan, Len," bisiknya pelan.

"Gue gak bisa," bisik Arlena sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue anterin lo pulang," ucap Shaka tiba-tiba. Arlena terkesiap dan memutar pandangannya ke arah Shaka. "Gue bawa mobil, Ar."

"Gue yang nyetir."

Arlena ingin menolak tawaran dari Shaka, namun dia urungkan ketika Shaka menatapnya. Gadis itu mengatupkan bibirnya. Dia melihat tasnya yang sedari tadi dibawa oleh Shaka. "Sini tasnya. Biar gue bawa sendiri," ucap Arlena sambil berusaha merebut tasnya.

"Gak usah."

"Lo marah?" tanya Arlena pada akhirnya. Shaka berhenti berjalan, dia melihat kedua sahabatnya agar memberinya ruang untuk berbicara dengan Arlena.

"Kita ke parkiran dulu," pamit Ari.

"Arlena jangan lo apa-apain, Ka," ujar Aaron memperingati.

Shaka hanya berdehem singkat sebagai jawaban. Setelah kedua sahabatnya menjauh, Shaka kembali menatap Arlena. "Lo tau kan gue gak suka kalo lo deket-deket sama Saskara? Sebut nama dia aja gue males," sungut Shaka.

"Gue kan gak ngapa-ngapain, Ar."

"Tetep aja, Len. Gue cemburu."

Arlena mengangguk, "Gue tadi juga gak sengaja ketemu sama Saskara."

"Kenapa masih nyebut nama dia, sih?" kesal Shaka.

"Ya, karena itu nama dia."

"Ck, panggil aja dia br*ngsek."

"Jangan gitu, Ar," peringat Arlena.

Kening Shaka mengernyit, "Lo belain dia?"

"Gue gak belain dia. Gue cuman negur kosa-kata lo."

"Apa bedanya sama dia tadi? Dia juga bilang gue br*ngsek, tapi keduluan gue tonjok," balas Shaka.

"Udah. Lupain aja."

"Kan, lo belain dia lagi."

Arlena menghembuskan nafasnya kasar. "Dibilang gue gak belain dia," semprot Arlena.

"Terus itu tadi apaan?" tanya Shaka emosi.

Gadis itu menarik paksa tasnya sampai terlepas dari bahu Shaka. Dia menatap Shaka dengan malas. "Percuma ngomong sama orang emosi kayak lo, gak bakal didenger. Gue pulang sendiri," ketusnya lalu meninggalkan Shaka sendirian.

"Argh, sh*t. Saskara baj*ngan!"

Arlena mendengar umpatan dari Shaka, namun dia memilih tidak peduli. "Dikira cuman dia aja yang bisa marah? Gue juga bisa kali," dumelnya.

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Where stories live. Discover now