36. Cinta Adalah Kesabaran

1.3K 113 41
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

36. Cinta Adalah Kesabaran

Setiap cinta yang besar datang dari penderitaan yang bertubi-tubi.”

[Ndiritu Wahome]

°°°°
Pukul sebelas malam, Gus Amir  baru sampai di pesantren An-Nur. Dia segera turun dari mobil nya sembari menggeret koper dan langsung menuju Ndalem. Ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Tak lama, Yusuf keluar membukakan pintu.

“Sudah pada tidur, Mas?” tanya Gus Amir sembari menaiki tangga bersama Yusuf didepan nya.

“Iya,”

“Istriku mana?” tanya Gus Amir lagi. Kemarin Ning Mila memang sudah diperbolehkan untuk pulang. Gus Amir sempat bersedih karena tidak bisa ikut mengurus istrinya itu.

“Dikamar kayaknya, tapi enggak tau, deh.” balas Yusuf.

Gus Amir mengangguk dan berucap terima kasih kepada kakak iparnya itu. Lalu ia langsung masuk ke kamar lama nya yang kebetulan tidak dikunci.

Lelaki itu mendapati istrinya tidur dengan posisi miring ke kanan. Punggungnya diganjal dengan bantal. Diusia kandungan yang semakin tua, terkadang suka tidak nyaman ketika tidur.

Gus Amir memutuskan untuk membersihkan diri dulu setelah itu ikut berbaring bersama sang istri. Dipandanginya wajah Ning Mila yang selama dua hari ini tidak ia tatap secara langsung.

Ia tersenyum, mengecup kening istrinya dengan lembut. Lalu beralih kepada perut besar sang istri. Gus Amit mengelusnya pelan. “Anak Abi, bagaimana kabarnya, hem? Kangen sama Abi, ya?” bisik Gus Amir pelan.

Tak disangka, ucapan nya mendapat respon tendangan kuat dari anaknya. Ning Mila menggeliat pelan, merasa tak nyaman.

“Ssttt....jangan berisik, nak. Nanti Umma terbangun,” ucap Gus Amir lagi sambil mengelus pinggang Ning Mila.

Dug

Dug

“Sshhh....,” tendangan kuat lagi, membuat Ning Mila meringis sambil mengusap perutnya. Namun, tangan nya malah bersentuhan dengan wajah Gus Amir yang menciumi perut besarnya itu.

“Astaghfirullah!!” kaget Ning Mila. Ia langsung membuka mata dan ingin terduduk sebelum Gus Amir menahan tubuhnya.

“Ssstt....Maaf, ya, adek terbangun.” ucap Gus Amir.

“Mas! Ngagetin aja, sih! Jantung adek mau copot....,” pekik Ning Mila di akhiri rengekan.

Gus Amir terkekeh pelan. Mencium bibir istrinya sekilas, kemudian memeluk istrinya itu. “Maaf, ya,” ucap pria itu lalu beralih ke perut Ning Mila. “Kamu, sih, dek....Umma jadi marah, kan....,” Gus Amir menoel pelan perut Ning Mila. Yang langsung direspon tendangan lagi.

“Sudah, jangan berisik, nak...nanti Umma makin marah lagi, Abi diomelin, deh!” lanjutnya.

Gus Amir menatap Ning Mila yang masih menekuk muka. “Anaknya yang salah, yang. Mas udah bilang jangan berisik, eh! Malah gak mau diem.” oceh Gus Amir.

“Pulang jam berapa?” tanya Ning Mila mengalihkan topik.

“Baru saja, kenapa?”

“MAS TAU GAK SIH KALAU ADEK KANGEN BANGETT??!!!” wanita itu memekik sambil memeluk erat tubuh suaminya.

Gus Amir tertawa. “Iya, tau sayang....,”

“Selama Mas pergi, kalau telponan anaknya suka nendang, keraaasss banget! Terus kalau sambungan udah putus, dia tenang lagi,” jelas Ning Mila.

AMILA [Season 2]Where stories live. Discover now