33. Album lama

1.8K 137 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

33. Album Lama

"Sesekali, melihat foto masa lalu itu perlu. Hanya untuk bernostalgia, ada apa dibalik foto itu diabadikan."

Amila

*****
Perjalanan pulang dari Lumajang menuju Magelang cukup menguras tenaga. Apalagi ditambah jalanan yang macet. Cuaca siang ini juga mulai panas dari dalam mobil. Gus Amir sampai membuka kancing kemeja nya, bertelanjang dada. Untung saja ada gorden dikaca mobil.

Sementara istrinya tengah tertidur. Sangat pulas sekali didekapan nya. Pipi wanita itu bahkan menempel didadanya yang telanjang itu.

"Mila tidur, Mir?" tanya Umi Aisyah sedikit menengok ke belakang. Biasanya menantu nya itu akan grusak-grusuk. Entah makan atau mengobrol dengan Gus Amir.

"Nggeh, Mi. Nembe tilem," balas Gus Amir.

"Hawane puanas pol, mbak. Padahal tadi malam dingin," ujar Bulek Azizah yang disetujui Umi Aisyah.

"Benar, ini padahal AC sampun urip."

"Garwane Amir, kok, alus banget, nggeh, mbak?"

Umi Aisyah mengulas senyum kepada adik iparnya itu. "Memang begitu orangnya, tunduk banget apalagi sama yang tua."

Dibangku belakang, Gus Amir hanya tersenyum mendengar itu. Sesekali ia mengecup kepala sang istri.

"Kalau dirumah gitu, mbak?" tanya Bulek Azizah yang memang belum tahu perangai Ning Mila.

"Dirumah suka galak, Bulek!" seru Gus Amir seraya terkekeh. "Saking galaknya jadi Amir gemas!" lanjutnya.

"Bucin sekali, Mir." sahut Pakliknya.

"Dulu Paklik juga gitu!" sahut Gus Amir sedikit keras. Hingga membuat Ning Mila terusik tak nyaman. Wanita itu menggeliat, menggesekkan wajah didada suaminya. "Sssttt....," desis Gus Amir menidurkan istrinya lagi.

Paklik melihat semua itu dari kaca depan. Ia tertawa pelan. "Makanya jangan keras-keras, ke ganggu, kan, istrimu!" ujarnya.

Gus Amir mendengus pelan sebelum fokus lagi ke istrinya. Setelah sampai rumah Ning Mila harus benar-benar istirahat. Sejak kemarin istrinya itu tidak bisa tidur nyenyak. Lelaki itu jadi tidak tega sendiri. Mungkin bawaan bayi yang membuatnya tetap berjaga.

Mobil terus melaju menyusuri jalanan yang ramai pengendara. Bahkan hingga menyebabkan macet. Perkiraan waktu seharusnya mereka sampai di pondok pukul tujuh malam, namun kali ini harus molor satu setengah jam hingga pukul setengah sembilan.

Selesai membereskan tubuh, kedua pasangan itu duduk diatas sofa kamar milik Gus Amir. Mereka menginap satu hari di Ndalem. Besok baru pulang. Sedangkan rumah sudah ada Mbak Ida yang baru Gus Amir pekerjakan sebelum wisuda. Istrinya sedang hamil, setidaknya jika ada ART akan mengurangi beban pekerjaan Ning Mila.

"Sayang, capek enggak?" tanya Gus Amir yang baru duduk disamping sang istri.

Ning Mila menatap Gus Amir. "Enggak, kenapa?"

AMILA [Season 2]Where stories live. Discover now