6. Honeymoon dan Malam Zafaf

2.4K 153 0
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

6. Honeymoon dan Malam Zafaf

“Harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, sedangakan Ilmu itu akan bertambah apabila dibelanjakan.”

[Ali bin Abi Thalib]

“Nikmat dunia itu ada pada wanita.”

****
Setelah berpamitan dengan orang rumah, pagi ini kedua pengantin baru itu berangkat menuju ke lokasi pertama. Yaitu Candi Borobudur. Katanya istrinya ingin melihat candi sekalian belajar sejarah. Dan demi membahagiakan hati sang istri, Gus Amir harus menuruti keinginan Ning Mila nya. Meski ia sudah beberapa kali ke Candi Borobudur tetap saja tak merasa bosan sama sekali.

Gus Amir memarkirkan mobilnya ditempat yang disediakan. Ia tersenyum kepada istrinya yang tengah menyodorkan masker dan kacamata hitam. Cuaca di pelataran Candi pasti akan sangat panas nanti. Seperti biasa, Gus Amir membukakan pintu mobil untuk istrinya dan menggandeng Ning Mila keluar.

“Terus ini kita jalan kemana, Mas?” tanya Ning Mila lugu membuat Gus Amir tertawa pelan.

“Beli tiket dulu, sayang.”

Ning Mila membenarkan letak kacamatanya. Baru saja pukul setengah sepuluh pagi, namun cuaca sangat terik disini.

“Mau nyewa payung saja, dek?” tawar Gus Amir.

Ning Mila menggeleng. “Adek mau menikmati tanpa payung, kan, ini pertama kali adek kesini!”

Setelah memesan tiket masuk. Gus Amir dan Ning Mila berjalan santai menuju area Candi. Baru sampai area nya saja Ning Mila sudah berdecak kagum dengan candi yang masuk dalam keajaiban dunia ini.

“Mau mendekat ke Candi nya? Atau berdiri disini aja, dek?”

Ning Mila menoleh. “Boleh naik, Mas?”

“Bolehlah! Tapi panas,”

“Ayo, Mas!” ajak Ning Mila antusias. Tidak peduli mau panas atau tidak yang penting dia bisa sampai diatas dan melihat pemandangan dari atas sana.

Meski harus berjalan beberapa meter untuk menuju Candi Borobudur-nya, wanita itu sama sekali tidak mengeluh lelah. Gus Amir tetap menggandeng tangan istrinya.

“Banyak yang menatap Mas,” kesal perempuan bergamis coklat itu.

“Jangan dipedulikan,” sampai didepan tangga naik. Gus Amir berhenti. menatap istrinya. “Yakin mau naik, dek? Sesek, loh, itu?” tunjuk Gus Amir kepada orang-orang yang berdesakan ditangga candi.

“Mau naik, Mas...” rengek Ning Mila. “Mau foto didepan candi besarnya,”

“Yasudah, ayo!” Gus Amir merangkul lengan istrinya. Melindungi Ning Mila dari desakan orang-orang.

Perjuangan menuju atas candi terbayarkan. Lagi dan lagi, Ning Mila berdecak kagum. Ia dapat melihat orang-orang yang ada di bawah dari tempat nya sekarang.

“Mas, tolong fotoin adek!” ujar Ning Mila kepada Gus Amir.

Gus Amir tersenyum dan mengelus kening istrinya pelan. “Mau dimana?”

AMILA [Season 2]Where stories live. Discover now