25. Nikmat tak terduga

1.7K 162 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

25. Nikmat tak terduga

“Doa adalah senjata ampuh bagi mereka yang beriman.”

****
Hujan deras mengguyur belahan bumi Magelang pukul dua dini hari hingga pukul empat. Sehingga kegiatan santri tidak terlaksana maksimal dan memulai aktivitas setelah hujan mereda. Hawa dingin yang mampu menusuk tulang membuat kedua insan semakin menenggelamkan diri dibawah selimut tebal.

Kedua kelopak mata terbuka sedikit demi sedikit menyesuaikan cahaya. AC ruangan membuat suhu semakin dingin sekali. Wanita yang menyandang sebagai status istri itu mendudukkan diri.

Pukul 04.40.

Ditatapnya sang suami yang masih terlelap dan mengusap rambut yang kemarin habis dipotong pinggirnya. Sehingga suaminya itu semakin terlihat tampan.

Ning Mila beranjak. Mengambil remot AC dan mematikan pendingin ruangan itu. Selanjutnya ia menyingkap hordeng yang menutupi kaca balkon. Langit masih gelap. Menghirup dalam-dalam embun pagi yang teramat menyegarkan. Puas dengan itu, ia kembali masuk.

“Sayang...” panggilnya sambil mengusap rambut suami agar terbangun.

Kelopak Gus Amir bergerak menyesuaikan cahaya. Ning Mila tergelak pelan. Sungguh wajah bangun tidur suaminya sangat tampan. Apalagi jika sehabis wudhu.

“Nanti selepas sholat adek cukurin jambangnya,” kata Ning Mila sambil mengelus dagu suaminya yang tumbuh rambut tipis-tipis.

“Dingin banget, ya, yang?” tanya Gus Amir pelan. Ning Mila mengangguk. Mengajak suaminya sholat berjamaah terlebih dahulu sebelum melaksanakan aktivitas yang lain.

Seperti biasa selepas sholat mereka akan bercakap-cakap. Ning Mila mengambil sesuatu dilemari. Semua itu tak luput dari pandangan Gus Amir. Wanita itu mendudukkan diri lagi seraya membuka dompetnya.

“Mas...ini adek ada kartu, didalamnya berisi uang bulanan dari Mas yang tersisa adek simpan dikartu ini...selama tujuh bulan,” Ning Mila menyerahkan kartu itu pada suaminya.

Gus Amir melihat istrinya lalu ke kartu itu. Ia belum menerima benda itu dari tangan sang istri. “Untuk apa?” tanya Gus Amir.

“Tambahan merenovasi rumah,”

Gus Amir menipiskan bibirnya. Tersenyum manis untuk sang istri. “Adek simpan saja kartunya, uang Mas masih cukup, yang!” katanya dengan lembut.

“Tapi...”

Gus Amir menangkup wajah istrinya yang sangat cantik dengan mukena. “Kartu ini milik adek, untuk biaya mendesak lainnya. Alhamdulillah...uang Mas bahkan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah itu dan adek!” papar Gus Amir.

“Darimana?”

“Apanya? Uang nya?”

Ning Mila mengangguk.

Gus Amir terdiam sebentar. Lalu berkata. “Gaji mengajar dan pengajian. Terus sebelum kemarin Alhamdulillah Mas Yusuf ngasih uang, katanya gaji pesantren milik abang.” jelas nya.

AMILA [Season 2]Where stories live. Discover now