13. Tentang Aila

1.5K 152 5
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

13. Tentang Aila

“Seandainya kamu tau bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya.”

[HR. Ibnu Qayyim]

****
“Hari ini kalian tolong dengarkan penjelasan saya, pertemuan yang akan datang saya mau kalian setoran syi‘ir dan kita ulangan harian.” Ning Mila sedikit mengeraskan suara nya supaya bisa didengar oleh para siswi.

Seminggu yang lalu Gus Amir dan Ning Mila pulang dari jombang. Bukan oleh-oleh yang mereka bawa, tapi wejangan-wejangan dari para ulama dan habib-habib yang mereka bawa pulang untuk menjadi oleh-oleh.

“Maaf, sebelumnya Ustadzah....” salah satu siswi duduk dibaris nomor dua mengangkat tangan. Ning Mila menatapnya. “Bab ke lima yang minggu kemarin belum diterangkan,”

Para siswi menyetujui hal itu. Ning Mila berkerut. Seingatnya semua bab sudah ia jelaskan.

“Iya, kah?” tanya Ning Mila memastikan.

Enggih, Ustadzah. Minggu kemarin panjenengan pergi ke Jombang.” Siswi dibangku paling depan ikut menyahuti.

Ning Mila memeriksa journal kelas. Dan benar saja. Jamnya dikelas ini sempat kosong empat jam karena pergi ke jombang bersama suami.

Ning Mila menghela napas nya. “Kalau begitu kita udzur pertemuan yang akan datang lagi, sekarang saya akan panggil satu-persatu untuk mengecek aja seberapa kemampuan kalian.”

Tentu saja satu kelas bersorak gembira karena tidak jadi ulangan. Mereka tidak masalah kalau harus quis dadakan seperti ini. Itu lebih baik daripada harus ulangan harian.

Seusai mengajar, Ning Mila masuk ke kantor guru untuk beristirahat sebelum nanti harus memasuki kelas lain lagi. Jadwal mengajarnya lumayan padat dan cukup membuat ia merasa kelelahan.

“Sayang....” bisikan pelan dari belakang membuat Ning Mila berjengkit kaget.

“Astaghfirullah!”

Lelaki yang tak lain suami nya sendiri itu cengengesan. Ning Mila spontan mendorong dada bidang Gus Amir supaya sedikit berjarak. Bisa bahaya kalau dilihat guru-guru lain.

“Sepi ini, yang!” ujar Gus Amir.

“Nanti saja dirumah kalau mau mesra-mesraan,” ujar Ning Mila sembari menata bukunya dimeja.

“Masih lama, dong?” bibir Gus Amir mengerucut lucu.

“Hari ini jadwal adek padat, harap bersabar, ya, sayang?” Ning Mila tersenyum manis.

“Kenapa bisa disini?” tanya Ning Mila.

“Kangen istri,”

“Serius, ih!” Ning Mila mencubit perut Gus Amir.

“Bercandaaa...tadi ada urusan,” balas Gus Amir. Sebenarnya greget melihat istrinya ini. Ingin sekali memeluk tapi masih tahu tempat.

“Urusan apa? Bolehkan adek tanya?”

“Tentu boleh, dong!” Gus Amir duduk di kursi kosong milik salah satu guru didepan Ning Mila. “Mas ada tugas kampus untuk ujian public speaking gitu, jadi abang harus meminjam beberapa siswa disini untuk ujian itu.”

AMILA [Season 2]Where stories live. Discover now