14. Belum Sempat Menyapa

1.7K 157 17
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

14. Belum Sempat Menyapa

“Sesungguhnya namanya Sabar adalah ketika di awal Musibah.”

[HR. Bukhori]

****
Pagi hari yang cerah diawali dengan kewajiban Ning Mila sebagai istri. Sebagaimana biasa, perempuan dengan baju tidur dan rambut tergerai itu menyiapkan perlengkapan suaminya untuk berangkah kuliah. Mulai dari buku, tas, baju, serta kebutuhan lain.

Setelah mandi, seperti biasa Gus Amir duduk dikursi rias milik sang istri sementara Ning Mila berdiri dibelakangnya dengan tangan memegang handuk dan sisir putih. Dengan telaten wanita itu mengeringkan rambut suaminya.

“Tunggu Mas pulang dari kampus, ya?!”

“Iya, Mas!” Ning Mila membalas sedikit kesal lantaran suami nya itu mengulang-ulang ucapan nya.

Wanita itu merapikan rambut hitam lebat Gus Amir dengan sisir. Lalu memutar kursi untuk menghadapnya dan mulai melukis celak dibawah mata suaminya.

“Bismillahirrohmanirrohim...” kebiasaan Ning Mila sebelum memakaikan celak adalah membaca basmalah.

“Selesai, alhamdulillah...”

Gus Amir memeluk pinggang sang istri dan meletakkan wajahnya diperut istrinya. “Hari ini adek tidak boleh kelelahan, adek banyak istirahat, nanti kalau Mas pulang kita langsung ke dokter untuk periksa, oke?”

“Iya, sayang...” Ning Mila gemas. Ia menangkup pipi suaminya dan mencium tepat di bibir Gus Amir. “Abi bawel banget!”

“Namanya juga khawatir!” protes Gus Amir.

“Iya-iya, sana berangkat!” ujar Ning Mila sedikit mengusir.

Gus Amir berdiri. Mencium kening, mata, pipi, hidung, dan terakhir...bibir sang istri yang tak pernah ketinggalan. Lalu meletakkan tangan di ubun-ubun istrinya. “Mas ijin cari ilmu, ya, sayang? Doakan Mas supaya dapat ilmu yang barokah dan manfaat. Untuk istri Mas, pagi ini doanya.....semoga adek selalu sehat, terus berbakti dan sayang sama Mas dan anak-anak!” setelahnya Gus Amir meniup ubun-ubun Ning Mila dan mencium nya lagi dengan lama.

Ning Mila mengambil tangan Gus Amir dan menciumnya sampai dibolak-balik. Ia tak mau kehilangan berkah suami. “Adek selalu meng-Aminkan doa-doa Mas! Semoga Mas juga selalu sehat, dapat ilmu yang bermanfaat dan barokah, dan bisa membimbing adek terus hingga mencapai jannah-Nya.”

“Aaamiiin...”

Keduanya menuruni tangga. Berpamitan dengan sang Umi supaya mendapat berkah dunia akhirat. Usai itu, Ning Mila mengantar suami hingga kedepan. Hari ini Gus Amir melarang sang istri untuk mengajar.

“Mas berangkat, ya?” masih merasa khawatir meninggalkan istrinya, Gus Amir sampai tak mau mengendurkan genggaman nya.

“Iyaaaa...cepat sana! Nanti telat!” Ning Mila melepas paksa tangan suaminya.

“Assalamu‘alaikum, Umma!”

“Wa‘alaikumussalam, Abi!” Ning Mila tersenyum menatap suaminya yang hendak mencari ilmu itu sampai tubuh Gus Amir tak terlihat lagi.

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang