22. Menunda pulang

1.4K 158 10
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

22. Menunda Pulang

“Sakit itu penggugur dosa...”

****
Kedatangan ujian dalam hidup bukan karena Allah tak cinta. Justru sebaliknya, jika Allah tak mencintai hamba nya maka Dia akan membiarkan hamba itu berlarut dalam kenikmatan dunia tanpa diUji.

Manusia diciptakan dengan bentuk berbeda, tentu dengan jalan hidup yang berbeda pula. Tidak ada kehidupan yang sempurna. Semua pasti ada celah ketidak sempurnaan dalam kehidupan masing-masing.

Sebagai pasangan suami istri, tentu sudah menjadi kewajiban untuk saling melengkapi satu sama lain. Ketika satu sakit, maka yang satu harus berupaya untuk menyembuhkan dan menggantikan peran.

Sepagi ini, kedua pasangan itu mengawali hari di rumah sakit. Ning Mila tengah melaksanakan sholat subuh sendirian disamping brankar Gus Amir yang masih terlelap.

Hari kemarin setelah nge-Date berdua, paginya Gus Amir sakit. Awalnya Ning Mila kira hanya sakit biasa. Karena Gus Amir hanya batuk pilek biasa dan Ning Mila hanya mengandalkan obat apotik yang biasa ia minum ketika sakit. Dan lumayan bereaksi.

Gus Amir juga masih sempat mengisi tausiyah di Darrul Furqon. Sampai ketika kemarin menjadi imam Ning Mila untuk sholat Ashar, disujud terakhir ia pingsan.
Ning Mila masih melanjutkan sholatnya, mengubah niat sholat. Meski harus menahan tangis. Takut suaminya kenapa-napa.

Usai salam, ia meletakkan kepala Gus Amir dipangkuan. Menepuk pelan pipi suaminya. Karena tak kunjung mendapat balasan, membuat Ning Mila takut. Wanita itu menelpon Bunda nya. Sehingga seluruh keluarga langsung menuju kamarnya. Atas usulan Gus Hafi, Gus Amir langsung dibawa kerumah sakit.

Mengingat kejadian kemarin membuat Ning Mila ingin menangis. Seharusnya hari ini mereka pulang ke Magelang. Bukan dirumah sakit seperti ini.

Dengan mukena yang masih rapi, wanita itu mendekati brankar. Gus Amir masih sangat pucat. Kata Dokter, penyakit tipesnya kambuh. Menyebabkan tubuh Gus Amir lemas sehingga pingsan.

Ning Mila merapalkan doa-doa dengan harapan suami nya segera disembuhkan oleh Allah. Lalu ia meniup ubun-ubun Gus Amir dan mengecup kening suaminya itu.

“Mas...” panggil Ning Mila membangunkan.

Perlahan kelopak mata itu terbuka. Menampilkan netra yang terlihat sayu. Sungguh Ning Mila ingin menangis lagi. Tak sanggup melihat keadaan suaminya sekarang. Untuk kedua kalinya ia harus melihat Gus Amir terbaring lemah seperti ini.

“Masih kuat untuk sholat?” tanya Ning Mila lembut.

“Adek sholat sendiri, ya?” dengan suara pelan, Gus Amir bertanya ketika melihat istrinya masih lengkap mengenakan mukena.

Ning Mila mengangguk.

“Maaf, ya, belum bisa ngimamin lagi,” ujar Gus Amir.

“Mas sembuh dulu, nanti imamim adek lagi.”

“Mas mau sholat, mau tayamum dulu.” dikarenakan Gus Amir belum boleh turun kasur, karena badannya masih lemah. Ning Mila membantu Gus Amir tayamum. Pria itu sholat dengan posisi duduk. Tentu dengan pengawasan Ning Mila.

Beberapa menit berlalu, tepat pukul 6 pagi. Perawat memberi makanan untuk pasien. Ning Mila menyuapi Gus Amir dengan telaten dan memastikan suaminya minum obat dengan benar.

“Adek tidak makan?” tanya Gus Amir yang mendapat gelengan dari istrinya.

“Adek puasa hari ini,” Hari senin, ia puasa sunnah.

AMILA [Season 2]Where stories live. Discover now