Chapter 59 : Sean Koma + Daffa Ifah LDRan.

105 20 0
                                    

Chapter 59 : Sean Koma + Daffa Ifah LDRan.

Sean selamat dari masa-masa kritisnya. Kekurangan darah adalah penyebab utama pada awalnya. Ia terlalu banyak kehilangan darah.

Walaupun harus hidup dalam situasi Koma. Tapi Zakka, Ifah, dan Naviza telah merasa itu lebih dari cukup. Lebih baik daripada mereka harus langsung kehilangan Sean.

Libur kenaikan kelas, Ifah lalui dengan pulang-pergi tempat tinggal dan rumah sakit.

Tak terasa, telah habis waktu untuk libur kenaikan kelas kali ini.

Terlalu cepat. Ifah pun juga merasa semakin hampa, ketika Daffa telah berangkat menuju universitas nya di provinsi lain.

Kini. Ifah telah berada di bandara, bersama Daffa dan Wendi.

Sean ia tinggalkan bersama Zakka. Wanita paruh baya itu kini telah semakin mengurus, memikirkan suaminya yang belum juga terbangun.

"Jaga diri. Jangan nakal. Dan inget apa yang semalem udah mama kasih tau ke kamu. Ngerti, kan, nak?" Wendi menepuk bahu Daffa lembut. "Maafin Ayah karena ga bisa ikut nganterin ke sini."

Daffa mengangguk, ia mendekat dan memeluk Wendi erat. "Mama juga jaga diri. Jangan terlalu banyak kerja."

"Tentu." Wendi melepas pelukan diantara keduanya, setelah sekian menit berpelukan hangat. Netra wanita paruh baya itu melirik sang anak dan Ifah. "Mama ke kamar mandi dulu. Gapapa, 'kan?"

Tanpa menunggu jawaban, Wendi segera berjalan pergi. Meninggalkan Daffa dan Ifah yang saling memandang.

"Jaga diri. Dengerin apa kata tante Wendi," ujar Ifah sembari tersenyum kecil. Netranya memburam merah. "Jangan nakal. Jangan lirik-lirik cewek lain. Fokus belajar."

"Oke, cantik," patuh Daffa tersenyum lebar. "Jangan khawatir. Jangan terlalu banyak mikir. Om Sean pasti bakal baik-baik aja."

Ifah mengangguk, lalu menundukkan kepalanya. Ah, ia sangat tak rela jika harus membiarkan Daffa pergi saat ini. Apalagi mereka pun harus menjalani hubungan jarak jauh.

Daffa menatap Ifah tak berdaya, lalu menarik tangan gadis itu dan memeluk tubuh kecil ifah ke pelukannya. Ia tepuk ringan punggung gadisnya. "Jangan sedih. Toh juga gue bakal sering pulang, 'kan?"

Ifah menenggelamkan kepalanya di dada Daffa. "Ya. Cuma setahun."

"Setahun? Kuliah itu sekitar empat tahun, sayang." Daffa mengernyit bingung. "Kenapa jadi setahun?"

Ifah mengeratkan pelukannya. Tak ingin Daffa melihat wajahnya yang penuh air mata. "Kan gue juga bakal kuliah disana. Tungguin, ya?"

"Ah-" Daffa tertegun. Ia baru mendengar hal ini. Lama ia terdiam, membuat Ifah secara terpaksa mengangkat kepalanya menatap Daffa.

Daffa tersenyum, lalu mengecup kening Ifah lamat. "Oke. Ditunggu, ya?"

Habisnya waktu berpamitan. Kini Daffa telah meluncur terbang dengan pesawat menuju daerah lain, tempat ia akan menuntut ilmu selanjutnya.

Ifah dam Wendi berdiri diam di bandara sejenak, lalu berbalik pergi berbarengan.

Ifah menuju rumah sakit, seperti biasa. Menunggu kabar baik mengenai sang Papa.

**

Esok hari adalah kali pertamanya sekolah kembali dimulai. Saat acara perpisahan berlangsung beberapa waktu lalu, Rafa dan Raka telah membuka Aib decy besar-besaran.

Entah itu mengenai Decy yang pernah membunuh, Decy yang menjebak Ifah karena cemburu, Decy yang hampir menenggelamkan seorang siswi baru tabun ajaran saat Decy kelas 10. Dan segala macam hal buruk yang pernah gadis itu lakukan.

Kini, Decy disuruh Papanya untuk berkuliah di luar negeri sebagai perintah pertama setelah Decy kalah dalam taruhan mereka.

Dan kejadian saat acara perpisahan itu telah membantu Ifah untuk menjalani kisahnya di satu tahun terakhir SMA menjadi lebih damai.

Berkat Daffa, Rafa, Raka dan... Putri yang membeberkan beberapa informasi kelakuan Decy, itu ia dapat dari Ifah.

"Kak Decy sebenernya kasihan juga, sih. Tapi, gimana lagi, dia terlalu hobi nyari masalah kesana kemari," jujur Putri sembari merangkul Ifah.

***

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now