Chapter 2 : Daffa, si jelek!

343 52 14
                                    

Chapter 2 : Daffa, si jelek!

❝ HAPPY READING ❞
🦋

Raka terkekeh lucu. "Hahaha, paling cewek-cewek kelas 10?"

Daffa menatap temannya itu datar. Niatnya hanya ingin bercanda. Karena, jika ia memang akan bersin ketika di ghibahkan oleh orang lain, maka mungkin saat ini dirinya pasti telah masuk rumah sakit karena terlalu banyak bersin.

"Tau, tuh. Lo makin kesini makin viral aja dah," lanjut Rafa menyeringai.

Raka menyenggol bahu kembarannya itu pelan. "Viral apaan?" tanyanya penasaran.

Keempat bola mata Rafa dan Daffa saling bersitatap, lalu keduanya menghela nafas serentak.

"Adek lo, tuh," cerca Daffa, jari telunjuk dan jari tengahnya mengapit benda berasap yang terkadang akan ia hisap.

"Gue abang, ya!" Raka tak terima.

"Gue abang." Rafa menendang kaki Raka.

Raka menyipitkan matanya, lalu mencoba menggigit tangan kekar Rafa. "Gue abang! Kalau ga percaya, coba tanyain sama bunda!"

"Diem, gue abang," sela Daffa santai. Lalu bibirnya menghembuskan asap tebal ke wajah Raka.

Rafa menatap Daffa jijik. "Mimpi! Lo aja lebih muda dari gue!"

Fokus kedua kembar identik itu berbeda, Rafa fokus pada kalimat Daffa, dan Raka fokus pada tindakan yang lelaki itu lakukan.

"Ngomong-ngomong, lo kok tumben ngerokok gini?" tanyanya linglung.

Daffa terdiam selama beberapa detik, lalu terkekeh samar, "haha. Gabut doang."

"Halahh, gabut gabut! Paling lagi mikirin si Decy, kan?" Raka terkekeh meledek.

"Ga salah, tapi gue jadi pengen nabok lo, beneran." Daffa menaikkan lengan bajunya, hingga menunjukkan tangan dengan urat yang sedikit menonjol.

Yang membuat Daffa gemas, nama Decy dibaca Desi, bukan D-e-c-a-y.

Rafa menatap interaksi keduanya, lalu tiba-tiba berucap santai, "Si Decy semalam chat gue, bilang kalau dia suka sama gue."

Daffa menyipitkan matanya sedikit, netra lelaki itu menyimpan banyak perhitungan.

Dan, Raka, lelaki dengan surai sedikit keriting itu semakin terkekeh meledek. "Udah gue bilang, 'kan? Si andeca anDecy itu sama sekali ga suka sama cowo 'kalem' kaya lo. Tuh cewek maunya sama cowo yang sedikit agresif!"

"Agresif pala lo peyang!" Rafa menjitak belakang kepala kembarannya itu ganas.

Sementara keduanya sibuk berdebat mengenai penggunaan kata 'agresif', Daffa kini malah terkekeh suram dengan ujung sepatunya yang menginjak puntung rokok.

Padahal, benda itu masih tersisa setengah.

"Agresif, ya?" lirihnya meledek.

**

"Kak, memangnya kita harus dateng ke rapat hari ini?" tanya Ifah mengernyit penuh permohonan.

Gadis itu sudah sangat lelah dan ingin pulang untuk tidur.

Seharian ini, Ifah telah menunggu-nunggu waktu pulang karena keinginan untuk tidur yang tak lagi dapat ditahan. Tapi, tiba-tiba sang sekretaris OSIS malah mengumumkan bahwa rapat akan diadakan setelah bel pulang sekolah.

Nada tersenyum manis, matanya ikut melengkung kala bibirnya membentuk busur kecil.

"Harus. Kalau kamu ga ikut, kamu pasti akan dimasukkan ke dalam daftar hitam ketika pemilihan ketua OSIS tahun depan."

Ahh, sial. Nada sangat tahu keinginan terbesar Ifah, yaitu, menjadi seorang inti OSIS.

**

Saat ini, Ifah tengah terduduk malas di ruangan rapat yang ukurannya lumayan besar.

Gadis itu dengan tenang menyimak penjelasan ketua OSIS di depan sana.

Lalu, tiba-tiba fokusnya teralihkan, ketika Putri yang duduk di sampingnya menyenggol tangan gadis itu.

"If, if, if, if!" panggil Putri dengan wajah memerah senang. Tatapannya terus mengarah ke pintu ruangan, menatap sesosok tinggi disana.

"Permisi. Rak, boleh keluar sebentar?"

Dengan santainya, Daffa menginterupsi ucapan Raka yang saat itu tengah separuh jalan.

Seketika, seluruh ruangan jatuh ke keheningan yang aneh.

Ifah menatap lelaki di daun pintu itu. Mata sayu seperti mengantuk, hidung runcing bak sehabis operasi plastik, bibir tipis, dagu, lalu jakun yang terlihat naik turun kala ia meneguk.

Gadis itu awalnya sedikit tak senang karena lelaki di depan sana yang terlihat tak sopan.

Lalu, Ifah semakin tak senang, ketika mendengar bahwa lelaki ... Ekhem ... Tampan di sana itu adalah Daffa Alkana Raja, lelaki yang selama ini terus-menerus menjadi bahan perbandingan keluarganya.

"Jelek, ga sopan lagi," gumamnya.

Putri yang diam-diam mendengar. "..."

***

Dialog aneh :

Ifah : cowok ga ber-attitude, tapi ... Ekhem. Lumayan.

Daffa : *mengernyit malas* lumayan?

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now