Chapter 25 : Hampir terbunuh!

114 20 0
                                    

Chapter 25 : Hampir terbunuh!

(!) Chapter ini memiliki beberapa adegan kekerasan. Yang tidak sanggup, silahkan melanjutkan ke chapter berikutnya.

❝ HAPPY READING ❞
🦋

Putri berhenti mengigit baksonya, lalu menatap Ifah heran. Belum sempat meneguk gumpalan bakso tersebut. Ia segera bertanya, "Berkilau?"

Ifah mengangguk. "Iya, liat nih."

Putri menatap bakso di mangkuk Ifah. Ia segera meludahkan baksonya sendiri ke atas sebuah tisu.

"Sial. Ini kaya ... Pecahan kaca piring yang transparan itu ga, sih?!"

Ifah pun terdiam. Gadis itu meneguk ludahnya kasar.

Keduanya saling menatap, Putri dengan panik mencoba meludahkan segala hal yang barusan hampir ia telan.

"Kayanya bakso punya lo gapapa deh, Put. Kalau masih panik, mending ke toilet buat kumur-kumur!" ucap Ifah tenang.

Putri mengangguk, pergi sejenak lalu kembali lagi dengan wajah kusut.

"Beneran ada kaca?" tanyanya suram.

Ifah mengangguk kosong. Dirinya telah memotong beberapa buah bakso, dan semuanya terisi oleh pecahan kaca bening.

"Lo ga ada makan satu pun, 'kan If?" Wajah Putri mengerut khawatir.

Percakapan keduanya yang tak terlalu kecil. Tentu saja didengar oleh beberapa siswa-siswi di sekeliling, mereka berhenti makan, lalu menatap mangkuk mereka masing-masing.

"Kaca?! Sial, kok bisa ada benda tajam begituan di dalam bakso?!"

"Anjing! Untung belum gue makan!"

Keributan terjadi, membuat perhatian guru pun beberapa penjual teralihkan.

Seorang gadis berdiri tiba-tiba, ia berbicara lantang, "Kayanya di bakso gue ga ada kaca, coba liat bakso kalian masing-masing!"

"Loh, gue juga ga ada..."

Seketika, tatapan teralih pada potongan bakso milik Ifah, yang memiliki pecahan kaca tersembunyi di setiap bulatan baksonya.

"Kok...?"

Ifah semakin mengernyit, jadi ... Apakah dirinya telah ditargetkan?

Saat menatap pecahan kaca yang  tak terlihat jika tidak dibelah itu, Ifah langsung memucat. Tubuhnya hampir terjatuh lemas.

Putri panik, segera menopang tubuh sahabatnya yang hampir pingsan terkejut.

Semua arah pun ikut panik. Berpikir bahwa mungkin gadis itu telah meneguk salah satu dari segala bakso disana.

***

Ifah mengerjapkan matanya, berusaha memperjelas pemandangan yang kabur.

Secara samar, suara amukan terdengar di ruangan berwarna putih ini.

"Lo apain dia, bajingan?!"

Suara itu seperti diucapkan dengan posisi gigi yang saling bergemelatuk.

Suara lain menyaut, "Bukan saya..."

"Tapi itu bakso asalnya memang dari tempat lo!"

"B-bukan. Bakso itu jelas bukan saya yang buat!"

"Jangan ngelak. Kalau bukan lo, terus siapa?!"

Ifah menarik nafasnya sejenak, lalu berucap mengganggu adu mulut kedua orang disana, "Put... Putri."

Ketiganya terdiam, lalu serempak mengalihkan pandangan pada gadis yang sejak tadi tak membuka mata.

"If... If, kamu gapapa, 'kan?!"

"Sedikit ... Pusing?"

"Eh, tiduran aja."

Ifah menggeleng. "Ga. Yang ada malah makin pusing, Put."

Saat pandangannya semakin jelas, ia dapat melihat beberapa orang di ruangan itu tengah menatap ke arahnya.

Ada bibi pembuat bakso, ada kepala sekolah, dan ... Rayhan?

"Kalian ... Ngapain?" tanyanya linglung. Lalu teringat tiba-tiba. "Ah, gue ga ada makan bakso itu satu pun, 'kan?!" tanyanya panik.

"Enggak. Tenang dulu."

Rayhan hanya diam, tak ingin menjawab atau bertanya, lelaki itu menatap Ifah sejenak sebelum mengalihkan pandangannya dengan menyeret bibi pembuat Bakso keluar ruangan.

"Ray ... Yang salah bukan bibi baksonya. Gue rasa, yang bikin bakso itu kakak cewek yang tadi nganterin bakso ke gue dan Ifah," ucap Putri tiba-tiba.

"Kakak cewek?" Ketiga orang itu menatap Putri penuh tanya.

"Iya, tadi ada cewek yang ngaku-ngaku sebagai karyawan baru bibi bakso. Tapi kayanya dia bukan, deh."

***

BRUTALL!

ENJOY!

Hari ke-4

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant