Chapter 51 : Kelulusan.

77 20 0
                                    

Chapter 51 : Kelulusan.

Suara sorakan bahagia menggema di seluruh lapangan sekolah SMANSANUBA.

Tangis bahagia dan sedih bercampur menjadi satu. Beberapa orang yang lolos SNMPTN merasa bahagia dan haru, dan yang tidak lolos pun merasa sedih pun ikut bahagia untuk teman-temannya yang diterima.

"Lo lolos?" Decy mendekati Daffa, bertanya penasaran.

Daffa mengangguk acuh, telah lama sejak terakhir kali mereka berbicara berdua.

"Baguslah. Selamat." Decy tersenyum manis. Seolah, mereka masih di hubungan yang sama seperti sebelumnya. "Gue ga lulus, haha."

"Oh, sabar," ucap Daffa mencoba terlihat sedikit peduli.

"Hah. Makasih," jawab Decy.

Bukannya Decy tak tahu Daffa tengah malas berbicara dengannya. Jadi, segera saja gadis itu berjalan pergi setelah berpamitan dekat.

"Bagus. Lo udah kelihatan kaya bisa move on." Rafa menepuk bahu Daffa sembari mengangguk-angguk. "Lanjutkan. Kayanya lo cocok jadi aktor."

"Sialan," cerca Daffa kesal. Ia mengernyit jijik, lalu menatap Rafa tak senang. "Lo pikir gue masih ada rasa sama dia?"

"Ya masih, lah. Emangnya udah enggak?"

"Ya."

Daffa berlalu pergi. Membuat Rafa terdiam akan jawabannya yang setengah-setengah.

Rafa mengernyit. Wajah tampannya terlihat sedikit kusut. Ia bergumam bingung, "Ya? Iya masih gamon? Atau, Iya udah gak gamon?"

***

"Selamat, kak~"

"Kak Raka keren banget, bisa lolos!"

"Nih, coklat sama permen. Sebagai bentuk hadiah karena kakak udah berhasil lolos!"

Raka tersenyum manis, dirinya telah menerima banyak hadiah sama dari segala siswi di sini. "Makasih, ya."

"Sama-sama, kak."

Daffa menarik tangan Raka menjauh. Ia ingin berbincang mengenai hal penting bersama dua kembar identik ini.

"Apa, sih, Daf?" Raka berteriak tak senang.

Sial, ketampanannya berkurang karena telah ditarik bagai domba oleh sahabat karibnya.

"Lo udah tua apa gimana? Sering pikun banget," sarkas Rafa tak menahan diri.

Daffa mengangguk singkat, netranya menatap Raka dengan cibiran yang tak tersembunyi. "Udah aki-aki."

"Sialan," jawab Raka tak terima. "Aki-aki gini juga gue tetep ganteng. Yang suka sama gue aja bisa bikin barisan mengelilingi bumi!"

"Halah. Ngimpi!"

"Lo, ya! Sebenernya lo itu kembaran gue, atau kembarannya Daffa? Ga pernah belain gue, lo, ah!"

Rafa memutar bola matanya malas. "Lo pikir gue mau jadi kembaran sama lo?"

"Anak Fatma!" teriak Raka kesal.

Rafa terkekeh sinis. "Iya, Fatma itu cuma ibu gue. Lo, kan, anak pungut."

Belum sempat Raka menjawab, Daffa telah lebih dulu menyumpal mulutnya menggunakan gumpalan kertas. "Diem."

"Oh, iya. Kembali ke rencana awal. Jadi, buktinya udah didapat, 'kan? Kita nunggu apa lagi?" Rafa kembali serius.

Raka mengangkat alisnya, sejenak bingung. Lalu tiba-tiba mengangguk ketika sadar situasi. "Nunggu orang rame dulu. Ya, gak, Daf?"

"Ya."

Rafa melanjutkan, "Nunggu orang rame? Berarti bagusnya hari ini, 'kan?

Raka menggeleng, jiwanya tiba-tiba menjadi bijak. "Gak. Kalau sekarang itu terlalu menonjol. Gimana kalau pas hari perpisahan dan market day aja? Kan lebih rame dan suasananya pun mendukung."

Rafa terdiam sejenak, lalu menatap Daffa dengan alis terangkat tinggi. "Lo setuju?"

"Ya. Pasti dia ga nyangka kalau kita ngebocorin kelakuannya pas hari perpisahan," jelas Daffa. Netra obsidiannya turun ke titik beku, begitu dingin hingga seolah bisa membekukan genangan air di pinggir lapangan.

Di sisi lain.

Kali ini, Ifah tengah belajar di kelasnya. Gadis itu akan sekolah dengan terus memakai benda kecil mendengarkan musik sebagai penyumpal telinganya agar tidak lagi bisa mendengar ocehan dan cibiran dari orang-orang di sekitarnya.

Sekian minggu telah berlalu. Dirinya pun telah hampir terbiasa mendengar cercaan untuk ia dan sang ibu yamg tak ada habisnya.

Namun, tetap saja itu semua terdengar menyakitkan.

Jika bukan karena Daffa menyuruhnya tetap diam, mungkin saat ini pelaku di balik layar telah selesai Ifah kunyah hingga tak bernyawa.

"Terlalu menyebalkan. Semakin hari rumornya malah makin parah. Jelas ada orang yang terus angkat topik ini sehari-hari supaya beritanya gak kekurangan peminat."

***

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now