Chapter 30 : Maaf dan Izin.

95 20 0
                                    

Chapter 30 : Maaf dan Izin.

❝ HAPPY READING ❞
🦋

Kelima remaja itu telah duduk di kotak mereka masing-masing.

Sayang sekali, jarak kedua kotak yang tersisa lumayan jauh, hingga Ifah tak bisa mengajak Putri untuk saling berteriak melepas penat.

Daffa dan Ifah duduk saling berhadap-hadapan. Keduanya berada di fokus yang berbeda.

Ifah sibuk menatap indahnya pemandangan di luar, dan Daffa yang sibuk menatap lantai di bawah kaki mereka, seolah pikirannya telah berada di tempat lain.

"Lo takut ketinggian?" tanya Ifah memecah keheningan.

Gadis itu baru sadar bahwa Daffa terus-menerus menatap lantai, seolah menolak untuk memperhatikan pemandangan indah di luar sana.

Daffa menggeleng, perlahan mengangkat kepalanya guna menatap Ifah saksama. "Gak. Gue cuma--"

"Cuma? Lo laper, ya? Atau, kebelet pengen gunain WC?" tebak Ifah berulang.

Daffa lagi-lagi menggeleng. Lelaki itu tampak seperti tengah memikirkan sesuatu. Lalu tiba-tiba ia menatap lekat pada kedua netra berwarna coklat milik Ifah.

Ifah mengatupkan bibirnya rapat. Kenapa suasana disekitar mereka aneh sekali? Seolah, suara di luar sana tak lagi terdengar. Kedua insan itu terus saling menatap.

Ifah menyerah. "Kenapa, deh?"

Daffa menundukkan kepalanya lagi sejenak, lalu berucap sembari sesekali melirik wajah Ifah, "Gue mau minta maaf." Meneguk ludahnya membasahi tenggorokan yang kering, Daffa melanjutkan, "Gue sebenernya tahu siapa pelaku yang udah bocorin ban motor lo, pun dengan pelaku yang udah naro potongan kaca di bakso lo."

"Ap--"

"Diem dulu!" Daffa menaruh telunjuknya di bibir, seolah memberi kode agar Ifah tetap diam. "Bukan maksud gue buat nyembunyiin itu. Gue cuma, entahlah..."

"..."
"Lo cuma ga peduli. Ya, kan?" tebak Ifah tepat sasaran. Ekspresinya sedikit meredup.

Daffa menggigit pipi dalamnya lalu terus membasahi bibir. Dirinya tiba-tiba merasa haus.

"Maaf. Kemarin-kemarin gue memang berfikir kaya gitu. Tapi, sekarang gue malah pengen... jagain lo."

"Jagain gimana?"

"Jagain lo, dengan terus ada di deket lo. Karena gue tahu... Pelaku yang udah ngelakuin ini ga bakal nyerah dengan mudah. Mungkin, besok dia bakal ngelakuin hal yang lebih parah."

Ifah menghela nafas, mencoba tenang. Ia mengalihkan pandangannya ke arah kaca transparan di sisi kanan, ingin mencoba memindahkan fokus.

Daffa mendekat, lalu menaruh tangannya di atas kedua tangan Ifah yang saling bertaut.

"Maaf. Gue yakin lo pasti mikir kalau gue aneh banget. Dulu sok-sokan jahat sama lo, sekarang malah berlagak kaya mau ngejaga lo."

Ia duduk di sisi Ifah, lalu meremat kedua tangan kecil yang tertutup di balik tangan besarnya.

"Karena gue... Bukanlah orang yang ga bertanggung jawab. Lo diperlakuin kaya gitu ... Gara-gara gue. Jadi gue lah yang harus jagain lo sampai akhir. Boleh, 'kan?"

Ifah tak ingin menatap Daffa. Dirinya terlalu malu dan kesal. Jika terus menatap wajah sok polos lelaki itu, mungkin Ifah kelepasan menamparnya kuat.

Lagipula, siapa yang tak kesal, jika mengetahui bahwa ternyata orang yang tiba-tiba menjadi baik padanya sudah tahu segala sesuatu hal buruk yang terjadi, namun dia malah bersikap seolah tak tahu apa-apa dan mencoba acuh pada awalnya.

"Ifah. Gue minta maaf. Gue janji setelah ini, gue bakal selalu jagain lo. Terserah apa kata orang, tapi gue bener-bener akan terus jagain lo. Tolong. Setidaknya sebelum gue lulus. Oke?"

Tanpa sadar, Ifah menggigit bibirnya kasar. Ia benci saat harus berada di situasi seperti ini.

"Liat ke sini. Gue tahu lo ke taman hiburan ini buat pergi seneng-seneng. Maaf gangguin rencana lo. Tapi, gue cuma bisa jadiin kesempatan ini buat minta maaf sekaligus minta izin."

Entah sejak kapan, keduanya mulai kembali dekat, seperti ketika mereka masih sangat kecil dulu.

***

ENJOY!

Hari ke-4

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now