Chapter 34 : Pinter, tapi Bodoh.

91 22 0
                                    

Chapter 34 : Pinter, tapi Bodoh.

❝ HAPPY READING ❞
🦋

"Sial. Maksud lo ...? Lo sengaja kesini cuma buat beli makanan Singa? Lo... AKH! ITU NAMANYA BUKAN MAMPIR, TAPI SENGAJA KESINI, BEGO!" Ifah bagai mengeluarkan jiwa-jiwa reognya.

Daffa terdiam, salahnya dimana? Ia hanya menuruti keinginan Ifah untuk berhenti di toko makanan kucing...

Ifah misuh-misuh, dan Daffa hanya dengan patuh terdiam sembari fokus berkendara, berbalik menuju rumah Raka, niat awalnya.

Hingga sampai dan turun di pekarangan rumah lelaki bernama Raka, Ifah tetap saja menggerutu, dan Daffa bagai anak yang patuh mendengarkan ceramah ibunya.

Raka, Rafa dan wanita paruh baya di taman samping rumah pun mendengarkan dengan sedikit lucu dan heran.

Dua kembar identik itu mendekat, lalu menatap Daffa kasihan. "Daffa ngapain, Fah?" tanya Raka penasaran.

Ifah mengerucutkan bibirnya, lalu menatap Singa sembari menjawab, "Ini cowok bisa dibilang pinter, tapi juga bodoh, bikin kesel aja."

Daffa menyipitkan matanya menatap Rafa dan Raka yang seperti menahan tawa. "Baru kali ini ada yang berani ngatain lo di depan muka langsung kaya begini, Daf!"

"Bacot," jengah Daffa, ekspresinya sangat datar.

"Daffa ngapain?" tanya Rafa menatap Ifah.

"Katanya, mau--" Ifah terpaksa menjelaskan secara rinci. Sekali lagi, tawa Raka dan Rafa mulai terdengar kencang.

"Ledekin gue lagi, lo berdua bakal dicoret dari Kartu Keluarga," Daffa berucap samar. Lalu segera mendekat pada wanita paruh baya yang masih cantik di kursi sana. Daffa menyalim tangan Bunda Rafa-Raka.

"Tumben kesini sore-sore? Sama anak cewek pula lagi," tanya wanita itu sedikit meledek.

Daffa cengengesan, lalu menatap Ifah guna menyuruh gadis itu mendekat. "Bukan pacarku, ini temen kita pas kecil, yang songong itu, Bunda."

Wanita paruh baya yang diketahui bernama Fatma itu bagai berfikir sejenak, lalu tiba-tiba segera tertawa dengan netra menatap Ifah. "Yang dulu suka pamer lagi bawa pudding mangga itu, ya?"

"Nahh, iya, Bunda. Yang dulu itu sering pamer makan pudding mangga di depan rumah kita!" Raka mengangguk-angguk.

Rafa melanjutkan, "Iya, yang dulu sering ngambil porsi pudding mangga aku, loh Bund!"

Ifah semakin malu saja. Sial, otaknya tiba-tiba teringat akan kejadian memalukan dahulu kala.

Bunda Fatma terkekeh geli, lalu menarik Ifah guna duduk di sampingnya. "Ga usah malu. Raka sama Rafa, kan, dulu juga suka numpang makan Rendang di rumah kamu."

~~~

Pembicaraan berlanjut, hingga waktu telah menunjukkan jam enam lewat, pertanda bahwa adzan Maghrib akan berkumandang.

Daffa berdiri, meletakkan kotak kecil berisi pudding mangganya di atas meja lalu melirik Ifah guna memberi isyarat agar gadis itu segera mengikutinya pulang.

"Eeh, mau pulang?" tanya Fatma yang bari muncul lagi di ruang tamu itu.

Daffa mengangguk, diikuti Ifah yang baru sadar akan keadaan. "Iya, Bunda. Besok, kan, masih ujian, jadi kita ga bisa nginep, hehe."

"Yasudah. Hati-hati." Fatma mengambil sekotak pudding dari kulkas, lalu memberikan kepada Ifah. "Ini, bawa pulang. Kayanya kamu suka banget, ya, sama pudding mangga?"

Ifah terkekeh malu. Tapi, dengan tak tahu malunya ia tetap mengambil kotak makanan itu. "Hehe, makasih, Bunda. Sebenernya, aku suka juga karena pudding buatan Bunda yang enak."

"Halahh, bisa aja," ledek Raka dari lantai atas. Di tangannya terdapat sekantong buku tebal.

"Bener, kok!" Ifah membela diri. Walaupun matanya tetap saja tak mampu berbohong.

Ifah itu sangat suka dengan Pudding mangga. Sejak kecil juga begitu.

Makanya, sejak dahulu, ia sangat sering merebut porsi pudding Rafa hingga lelaki itu versi kecil sangat benci pada Ifah, dan menyebabkan Rafa kecil bersemangat untuk melarang abangnya -si Raka- untuk tetap bermain bersama gadis kecil tukang pamer dan tukang rebut makanan itu.

***

ENJOY!

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now