Chapter 39 : Kencan?

95 20 0
                                    

Chapter 39 : Kencan?

    Daffa akhirnya memilih untuk membawa Ifah berkeliling saja. Tentunya setelah meminjamkan jaketnya dan sendal mamanya pada gadis itu.

"Kemana?" tanya Ifah penasaran.

"Ga tau. Keliling-keliling ga jelas aja gimana?" tawar Daffa. Dirinya dengan fokus terus berkendara.

"Lagian, kenapa ga dirumah lo aja, sih? Dingin tau keluar malem-malem begini," protes Ifah tak sadar situasi.

Daffa sedikit terdiam sejenak, lalu berucap samar, "Memangnya lo mau kita disuruh nikah paksa sama warga sekitar?"

"Hah? Maksudnya?" Ifah mendekatkan kepalanya ke samping wajah Daffa, kebingungan sendiri.

Daffa memutar bola matanya malas. "Kita cuma berdua, di dalem rumah, cewe-cowo pula lagi. Bodoh sih kalau lo gak ngerti."

"Loh? Kan kita ga ngapa-ngapain, terus kenapa malah disuruh nikah, ogeb?"

Daffa dengan sabar menjelaskan, "Menurut kita, memang kita nya ga ngapa-ngapain. Tapi menurut warga, cewe-cowo ga berhubungan darah berduaan di rumah kosong itu kelakuannya pasti udah aneh-aneh."

Ia melirik kaca spion, melihat wajah cantik Ifah dari sana. "Lo ga mau, kan, kalau kita ke grebek warga? Ya walaupun kita memang ga ngapa-ngapain."

Ifah terdiam, seketika dirinya merasa lumayan beruntung karena setuju-setuju saja diajak bermain keluar.

"Gue ga mau, sih, kalau dipaksa nikah sama lo. Bisa bikin depresi," gumam Ifah santai dengan kepala mengangguk-angguk.

Dinginnya malam, terasa lebih baik daripada harus menikah muda dengan Daffa.

Ya. Benar.

***

Keduanya kini memutuskan untuk berhenti di sebuah toko pinggir jalan.

Ifah dan Daffa memesan Martabak Mesir dua porsi, tiba-tiba Ifah mengatakan dirinya lapar saat di jalan. Dan Daffa sebagai manusia yang perhatian pun secara sadar membawa anak gadis itu untuk mengisi perut.

"Kok bisa lo masih laper, padahal tadi abis makan juga?" Daffa menggeleng pelan, tak percaya. Netranya bergulir, menatap perut Ifah yang sepertinya kecil. "Jangan-jangan perut lo terbuat dari karet, ya?"

"Bacot, om." Ifah terus mengunyah makanannya.

Daffa terdiam. Dasar, gadis pesek pendek tak tahu diri yang menyebalkan.

Ifah menganga terdiam, sendoknya terhenti di udara. Netra gadis itu menatap ke depan dengan kaget.

Keterdiamannya menarik perhatian Daffa, lelaki itu mengikuti garis pandang Ifah, lalu dirinya pun ikut terdiam.

Keduanya saling memandang. Lalu bergumam bersamaan, "Mereka ngapain berduaan?"

Ifah berbisik dengan netra tak lepas dari wajah Daffa, "Malem-malem begini pula lagi."

Daffa mengangguk serius.

Ifah melanjutkan, "Apa jangan-jangan mereka Kencan diem-diem? Atau mungkin aja mereka lagi Backstreet?"

Daffa lagi-lagi mengangguk dengan ekspresi serius yang tebal.

Keduanya berbalik, menatap Putri dan Raka di meja toko Mie ayam. Toko yang letaknya di depan toko Martabak Mesir yang tengah mereka makan.

Daffa dan Ifah lagi-lagi saling memandang, dan dengan kompak cepat-cepat menghabiskan makanan di piring mereka.

"Tuh orang ngapain malah berduaan begitu? Sial, si Putri terlalu jago nyembunyiin rahasia," ungkap Ifah tak terima.

***

Putri menggosok telinganya. Merasa gatal dan heran. "Telinga gue gatel, jan-jangan ada yang lagi Ghibahin gue lagi?" tanyanya bergumam.

Raka mengangkat kepalanya, menatap gadis di depannya bingung. "Kenapa?"

"Enggak. Kuping gue tiba-tiba gatel dan ga nyaman doang."

"Ada yang lagi ngedo'a in lo kali," ucap Raka asal.

Putri mengangguk. "Mungkin iya," lirihnya.

Kedua insan itu tak tahu, bahwa di sudut lain toko tengah ada dua anak manusia yang tengah menatap penuh tanya bak seorang penguntit.

"Hmm, kayanya mereka beneran backstreet!"

***

ENJOY!!

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz