55. HIS LITTLE SECRET & CONFESSION

Mulai dari awal
                                    

"Kalau lo diapa-apain gimana? Gue juga yang jadi saksi!"

Sarah cegukan. "Bohong lo semua seneng kan gue digituin?"

Galaksi menarik Jordan agar ia yang berhadapan dengan Sarah. Biasanya Sarah luluh berhadapan dengan Galaksi. "Sar ini gue Galaksi. Kita anter lo pulang."

"Gak usah pura-pura peduli Gal lo juga sama!" Sarah menarik tangannya yang ditarik Galaksi agar tidak bertumpu pada meja bar.

"Siapa yang nyakitin lo Sar sampe lo kaya gini?" itulah pertanyaan yang keluar dari Septian yang justru membuat Sarah terdiam. Septian langsung tepat menusuk jantungnya. Membuat hati Sarah seakan-akan remuk redam di dalam.

Sarah hanya ingin punya teman seperti yang lainnya. Dia juga ingin memiliki keluarga yang peduli dan satu orang yang menyukainya seperti Sarah menyukainya. Sarah juga ingin punya orang yang bisa mendengarkannya meski dia melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Dia juga ingin ditenangkan. Sama seperti teman-temannya yang lain—bisa menikmati kehidupan remaja mereka penuh canda dan tawa.

Sarah juga ingin memiliki teman.

Sarah juga ingin memiliki tempat bercerita.

"Gue capek hidup. Gue cuman pengen punya temen yang bisa dengerin gue," Sarah berkata lirih.

"Lo masih bisa Sar, lo masih bisa memperbaiki apa yang bisa lo perbaiki," Galaksi mengutip kata-kata Kejora dulu untuknya.

Sarah menatapnya dengan wajah memerah efek alkohol dan ingin menangis. "Emang gue bisa?"

"Bisa kata siapa lo belum bisa dimaafin? Asal lo sungguh-sungguh nebus apa yang harus lo tebus." Galaksi memberinya sedikit dukungan.

"Udah pembahasan paling dalem. Takut makin dalem. Lebih baik gue anterin pulang aja." Jordan hendak memapahnya. Sebelum Sarah berbicara yang lebih aneh lagi atau bisa jadi melakukan hal apapun yang tidak ia kira karena Septian tepat menyentuh pertanyaan sensitif untuk cewek itu.

"Lo mau dibantuin Dan?" Galaksi menawarinya.

"Siapin gue mobil aja di depan Gal. Biar gue yang anter Sarah balik ke rumahnya."

"Emang lo tau rumahnya Dan?" tanya Oji.

"Gue tau waktu itu Fifi yang kasi tau pas lewat. Sama gue aja Dan." Bams ikut membantu memapah Sarah.

Sementara Galaksi menyiapkan mobil untuk Jordan. Mungkin Galaksi memang sangat tidak ingin dekat dengan Sarah atau berhubungan dengannya. Mungkin juga Galaksi—katakanlah Galaksi kurang suka dengannya namun untuk yang satu ini Galaksi juga tidak bisa diam saja. Kalau seandainya terjadi sesuatu dengan Sarah mungkin mereka semua bisa merasa bersalah karena terlambat menolong Sarah.

Bukankah sudah menjadi kewajiban untuk menolong sesama?

****

Galaksi yang sedang tertidur tiba-tiba bangun dengan jantung berdebar. Mimpi tadi terlihat seperti nyata. Dimimpinya ia melihat Kejora. Selimut yang menutupi setengah punggung Galaksi yang polos dan tegap ia rapatkan lalu kembali memejamkan mata.

"Bangun, gak sekolah lo?" tanya Nova padanya.

"5 menit lagi," gumam Galaksi masih mengantuk.

"5 menit lo 1 jam Gal."

"Bangun ntar lu disamperin Pak Dandang lagi ke rumah mau?" Nova menarik gorden kamarnya membuat Galaksi mengernyit silau.

Galaksi menggerutu. "Iya gue siap-siap sekarang."

Galaksi bangun lalu duduk di tepi tempat tidur tanpa baju. Ia lalu menggaruk kepala dan rambutnya kuat-kuat—masih dengan mata terpejam karena efek mengantuk yang masih menderanya.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang