Chp 8. Hari yang ditunggu tapi tak diinginkan

502 22 0
                                    

こんにちは

幸せな読書

"Saya nikahkan dan saya kawinkan anak saya Askara Zakia Putri Fajar binti Risky al Fajar untuk engkau Mahendra Bagaskara Bin Ahmad dengan Mas Kawin berupa perhiasan seharga 185juta, sebidang rumah seharga 593 juta dan seperangkat alat sholat dibayar TUNAI"

"Saya terima Nikah dan Kawinnya Askara Zakia Putri Fajar binti Risky al Fajar dengan Mas Kawin tersebut, TUNAI" Ijab Qobul di lontarkan Mahendra dengan satu tarik nafas

"Sah para saksi?"

"SAHH!!"

"Alhamdulillah ,"

Suasana Masjid menjadi sangat haru mendengar ijab qobul dari mulut Mahendra.

Askara keluar dengan dres serba putih yang khusus untuk acara ijab qobul.

"Silakan boleh pasang cincin dan mempelai wanita mencium tangan suaminya."

Askara menuruti perkataan penghulu, mencium tangan Mahendra untuk pertama kalinya.

Mahendra memegang kepala Kara, memanjatkan doa doa dan ditutup dengan mencium kening gadis yang kini menjadi istrinya.

"Selamat ya, sekarang kalian resmi menjadi suami-istri dimata agama dan negara. Saya doakan semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rohmah"

"Aamiin ya rob"

Selesai dengan acara ijab qobul dan sungkem, kini mereka sudah berada dipelaminan setelah berganti pakaian.

"Aaaaa, selamat ya kara. Gue ikut seneng Lo udah nikah. Bahagia dunia akhirat yaa." Aulia turut menghadiri pernikahan Kara atas permintaan sahabatnya

"Makasih," Kara memeluk sahabatnya

"Hati-hati nanti malem bisa-bisa lo diperkosa beneran" Bisik Aulia

"Heh" teriak Kara

"Gue bisa denger kalian" ujar Endra

Lia yang merasa malu segera turun dari pelaminan.

Tamu cukup ramai walaupun di private, keluarga besar dari Mahendra dan Askara cukup banyak.

"Lo sekarang gak bisa bantah gue, Lo udah jadi milik gue sepenuhnya."

Mahendra mengatakan kata tersebut saat dipelaminan berdua dengan Kara.

Kara hanya diam tak berkutik. Dia kembali memikirkan kehidupannya setelah menikah dengan orang disampingnya.

"Lo dengerin gue kan?"

Kara hanya mengangguk dengan muka datar.

Malam telah tiba, para tamu sudah tidak ada ditempat resepsi yang tidak lain di rumah Kara. Tersisa Orang tua dari kedua mempelai.

"Maharani dimana Ma?" tanya Endra pada Mama Syifa

"Udah pulang duluan, dia capek katanya."

"Oalah, kita juga pulang kan? Bawa Kara"

"Mama sama Papa pulang, kamu nginep disini dulu ya sambil bantu Kara beres beres"

"Beres-beres?" Endra mengerutkan keningnya

"Kan kamu sendiri yang bilang kalo setelah nikah kamu mau pindah ke rumah kamu dan membawa Kara"

"Jadi?"

"Jadi kamu bantu Kara beres-beres barangnya. Kamu nginep dulu disini gapapa"

"Iya Ma"

Mama dan Papa Endra berpamitan dan meninggalkan Endra di kediaman Kara.

Best Of Name (END)Where stories live. Discover now