45. The Agreement

4.6K 119 1
                                    


Jack sedang bersantai di sebuah kursi yang terdapat di balkon penthouse miliknya. Hembusan angin pagi serta maraknya burung berterbangan. Jack menyesap nikmat kopi hangat yang ia buat. Pemandangan seperti ini adalah makanan sehari-harinya, wajar saja karena ia juga pemilik penthouse ini. Namun yang terasa berbeda adalah jiwanya, entah kenapa hari ini ia merasa sangat tenang, lega, dan bahagia.

Apakah mungkin ini semua karena percintaan panas tadi malam?. Atau karena tetek bengek persyaratan dari calon mertunya telah ia tuntaskan?.

Persetan.

Yang jelas Jack sangat amat merasa lega hari ini, seolah beban yang berada di punggungnya menghilang. Kemudian disesaplah tetesan terakhir dari kopi itu, dan pria itu bangun lalu melangkahkan kakinya menuju ranjang yang ditiduri oleh gadis cantik jelita.

Jack menatap wajah polos yang tenang itu lekat-lekat. Dan lalu tangannya terulur untuk mengelus lembut pipi mulus itu. Oh jesus, bagaimana bisa pria sebajingan dirinya bisa mendapatkan gadis seperti Edelina?. Fuck, dan ini adalah pertama kalinya Jack sangat bersyukur kepada tuhan, dan dengan sungguh-sungguh.

"Baby wake up" Ucap Jack pelan dan serak.

Pria itu mencubit-cubit hidung Edelina sembari terkekeh geli.

"Hey, it's morning" Ucap Jack lagi.

Edelina mengerutkan dahinya dalam keadaan setengah tidur dan kemudian bergerak mengganti posisi.

"No. Kau sudah tidur selama 10 jam, now it's time to wake up"

Edelina bergerak gelisah karena merasakan ada pergerakan di wajahnya, seolah seseorang sedang merauk-raul wajahnya yang cantik itu.

"No....." Erang Edelina.

Jack menggeleng. "Wake up, or i will carry you to the bathup honey"

"5 minutes daddy..." Kini Edelina berganti lagi posisinya menghindari tangan usil yang mengganggu tidur nyenyaknya.

Sementara Jack merasakan desiran geli di dadanya kala gadis itu menyebutnya daddy dalam keadaan sedikit sadar. Pria itu tersenyum gila dengan tertawa rendah.

"Wake up, ini adalah peringatan terakhir sayang" Pria itu menampar bokong Edelina dengan cukup keras.

"OOOH" Edelina tersentak kaget. Tamparan barusan cukup terasa sakit karena dirinya sudah setengah sadar.

"Good girl, aren't you?" Pria itu menyeringai.

Edelina menatap nyalang ke arah Jack, menunjukan sebuah ekspresi agar pria itu tau dia sedang sangat kesal dengannya.

"Kau tidak seharusnya membangunkanku dengan cara seperti itu!" Kesal Edelina.

Jack mengacak-acak rambut gadis itu gemas. "Itulah hukuman untuk seseorang yang berbohong" Balas Jack.

Edelina mengerutkan keningnya bingung. "Aku berbohong mengenai apa?"

Jack turun dari ranjang kemudian pria itu berjalan menuju ke walk in closet miliknya.

"Kau berpura-pura tidur" Sahut Jack.

Edelina menyibak selimut dengan kesal. "Cih, tau darimana jika aku berpura-pura"

"Sangat amat terbaca sayangku" Kini Jack keluar dengan sudah memakai kaos polo santainya.

Edelina membuang napasnya jengah. "Whatever, semua ini tidak sepenuhnya salahku. Salahmu juga"

Jack mengernyit selagi memasang arlojinya. "Apa kita benar-benar membuat masalah kecil seperti telat bangun menjadi masalah besar sekarang?" Ucap Jack sembari terkekeh rendah.

JACK'SWhere stories live. Discover now