39. The Argument

2.7K 109 0
                                    


Setelah pembicaraan selesai, baik Eldian, John, dan Marco segera meninggalkan ruangan. Ketiga pria sudah ditunggu istrinya untuk pulang. Marco awalnya berencana untuk pulang bersama Jack, namun pria itu menyuruhnya untuk pulang terlebih dahulu. Marco tidak bisa mengatakan hal lain selain mengiyakan.

Sementara Jack kini duduk di sofa, berhadapan dengan Eden dan Javier. Pria itu mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan pematik api untuk membakar rokok tersebut.

Jack menodongkan korek dan rokoknya ke Eden dan Javier.

"Aku sedang dalam proses untuk berhenti merokok, jadi tidak, terima kasih" Ucap Eden.

"Dan aku sama" Ucap Javier.

Jack menggedikkan bahunya acuh. "Fine"

Eden menarik napas dna membuangnya dengan pasrah. Kemudian pria itu mengeluarkan keluhannya. "Sebenarnya ini bukan kemauanku. Istriku dengan kejam mengancamku agar berhenti untuk merokok" Ucap Javier.

Jack menggelengkan kepalanya, berusaha menahan tawa. "Sial, bahkan kalian pun diperbudak oleh istri kalian?" Ucapnya dengan kekehan geli.

"Cih. Kuharap Edelina akan melakukan hal yang sama terhadapmu" Balas Javier.

Lalu Jack menghadap ke pria itu dan menyeringai. "Itu tidak akan terjadi, tuan Knight"

Javier menaikkan alisnya. "Kau baru mengenalnya selama beberapa bulan Jack. Aku mengenalnya selama 18 tahun. Jadi kau belum tau secara 100 persen bagaimana nanti dia kedepannya"

"Aku tahu"

"Kau terlalu percaya diri" Kini Eden menimpali.

Jack tersenyum miring sembari mengeluarkan asap rokoknya. "Aku tahu. Karena aku yang mengendalikan dirinya"

Eden terkekeh. "Aku sudah tau pria seperti apa kau itu. Dan aku bukanlah seorang ayah yang dengan mudah memberikan gadis kesayangannya pada pria sembarangan. Edelina adalah gadis liar, nakal, dan pembangkang. Dan kau adalah orang yang dikenal menyukai gadis seperti Edelina. Bukankah begitu Tuan Federico?" Tanya Eden sembari menaikkan sebelah alisnya.

Jack tersenyum miring. "Sepertinya kau sangat mengenaliku, Dad"

Eden menyeringai. "Tentu saja, aku harus mencari tahu seluk beluk dari anak tiriku ini"

"Cih, aku bahkan masih tidak mampu menyebutnya sebagai anak tiri" Ucap Javier.

Jack mematikan rokoknya di asbak. "Sekarang, apakah aku diperkenankan untuk memiliki Edelina secara utuh?" Kini tatapan Jack semakin serius.

Eden dan Javier pun sama.

Eden menghela napasnya. Kemudian pria itu berdiri. Melangkahkan kakinya perlahan, lalu berhenti tepat di samping Jack yang masih duduk. Eden menepuk bahu pria itu pelan.

"Kau sudah kuterima.... dan kupercaya untuk menjaga Edelina. Secara utuh" Ucap Eden sebelum pria itu pergi meninggalkan Jack dan Javier berdua di ruangan.

Seakan semua beban yang Jack pikul hilang lepas mengudara. Perasaannya begitu tenang dan sejuk kali ini. Akhirnya ia berhasil diterima sebagai calon suami Edelina. Oh, dia tidak bisa lebih bahagia dari ini.

Javier menggedikkan bahunya acuh. "Well, kuharap kau tidak mati di Voluptas nanti"

Jack tersenyum simpul. "Tidak akan"

Javier pun meninggalkan Jack yang sedang tersenyum bodoh diruangan.

***

Kini Jack membelah jalanan dengan mobilnya di sore hari. Sebelum ia kembali ke apartemennya, pria itu sudah memastikan untuk Edelina segera dibawa kembali ke apartemen. Tentu dengan orang suruhannya. Dan sedari tadi ponselnya berdering terus menerus karena gadisnya terus menelfonnya tak henti-henti.

JACK'SOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz