5. Coldest Man

7.9K 329 7
                                    


Hembusan udara AC yang begitu dingin menyerbak ke tubuhnya. Begitu Edelina menginjakkan kaki di salah satu gedung yang menjulang tinggi di Manhattan, suasananya tidak begitu beda dari perusahaan ayahnya. Hanya saja orang-orang disini terlihat sangat serius sekali, bahkan ia tak melihat satupun dari mereka yang berinteraksi satu sama lain.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, mengingat barusan ia mengecek waktu di jam tangannya yang menunjukkan sudah pukul jam 9 kurang 15 menit, ia bergegas ke arah respsionis.

"Permisi, saya Edelina ingin bertemu dengan....." Edelina mengingat-ngingat.

"Apa keperluan anda disini?" Ucap resepsionis tersebut dengan lembut.

Mereka ramah.

"Emmh, sebenarnya saya ingin melakukan interview disini, namun saya lupa harus bertemu dengan tuan siapalah namanya itu"

Resepsionis itu membuka buku daftar tamunya lalu mencari-cari nama yang cocok.

"Nama lengkap anda nyonya?" Tanyanya.

"Oh, Edelina Knight" Jawabnya sigap.

Resepsionis tersebut mengangguk. "Baiklah kalau begitu, saya akan segera menghubungi tuan Marco untuk segera menjemput anda"

"Baiklah" Edelina bergegas pergi, namun dengan cekatan ia kembali ke meja resepsionis itu. "Mmh dimana tempat spesifik untuk saya menunggu Mr. Marco itu?"

"Oh sebentar lagi dia akan sampai ja—"

"Edelina Knight?" Ucapan resepsionis tersebut terpotong oleh suara bariton yang terdengar indah di telinganya.

"Mr. Marco?" Edelina menoleh ke arah suara itu.

Edelina pun menghampiri pria itu lalu mengulurkan jabatan tangannya, dan Marco senantiasa membalas jabatan tangan itu.

"Tuan Federico telah menunggu anda sedari tadi. Sebaiknya kita segera ke atas" Ucap Marco.

Pria itu berjalan mendahului Edelina menuju ke lift khusus yang tidak bisa digunakan untuk umum. Jantung Edelina berdetak kencang, mengingat ini hari pertama interview dan dia sudah hampir telat.

Di dalam lift hanya ada mereka berdua saling berhadapan dan bersandar di tembok. Secara diam-diam Edelina menilik tampilan pria itu dari atas hingga bawah. Benar saja kata Katrina, pria ini memang cukup tampan, namun entah kenapa ia hanya bisa sekedar memujinya dan tidak ada sesuatu yang membuatnya tertarik akan pria itu.

Sepertinya pria itu orang Italia, dilihat dari fisiknya yang berbadan tegap dan bertubuh kekar di balik setelan tiga lapis itu. Apa pria itu bisa membuat risotto?

"We're here" Ucap Marco.

Sampailah mereka di lantai khusus pemimpin tertinggi perusahaan itu. Edelina sedikit bingung sejujurnya, mengapa ia terasa di perlakukan berbeda seperti di nomor satukan. Dia hanyalah lulusan SMA dan dia langsung melakukan interview kepada pemimpin perusahaan ini? yang benar saja.

Marco mengulurkan lengannya, mempersilahkan Edelina untuk masuk ke ruangan dengan pintu besar itu.

"Silahkan Mrs. Knight. Tuan Federico telah menunggumu" Setelah itu ia pun mengundurkan diri dari pintu dan kembali ke lift.

Edelina menarik napasnya dalam-dalam. Sebelum ia melangkahkan kaki di ruangan dingin yang mencengkam itu, ia harus menghilangkan rasa gugup yang menyerang. Diiringi dengan tarikan napas, dia pun memegang gagang pintu tersebut hingga bunyi 'klik' menandakan pintu tersebut telah terbuka.

Perlahan ia pun melangkahkan kakinya kedalam, ia pastikan setengah badan masuk ke dalam ruangan terlebih dahulu. Saat ia sudah masuk, ia tutup pintu tersebut. Di ruangan tersebut kosong, hanya ada meja dengan tumpukan kertas yang berserakan.

JACK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang