28. Steak, Wine & Friends

3K 140 2
                                    


Sinar pagi menembus kaca di sebuah Motel lokal. Jack berkali-kali mengerjapkan matanya. Akhirnya ia perlahan terbangun dan sadar bahwa hari sudah pagi. Jack baru ingat bahwa semalem ia terlalu mabuk sampai lupa diri. Beruntung semalam ada seorang wanita baik hati yang mamu membantunya.

Dan disinilah dia, terbangun di sebuah Motel asing. Kamar sempit dengan interior seadanya. Bahkan kamar ini sedikit berantakan. Dan sial, Jack baru ingat jika ia meniduri wanita yang baru saja membantunya. Namun ia mengernyit karena tidak ada siapapun di dalam kamar Motel ini.

Persetan.

Jack segera mengambil kemeja dan berpakaian. Yup tidak bisa disangkal lagi, bahwa tadi malam ia baru saja mengkhianati perasaannya pada Edelina dengan meniduri wanita lain. Jack menggeram frustasi sembari mengacak rambut.

Matanya tiba-tiba melirik secarik kertas yang tergeletak di atas nakas kecil.

Thanks For Tonight, Handsome- T

Tidak penting. Jack langsung membuang kertas itu asal. Ia pun keluar motel dan menyempatkan diri ke resepsionis. Jack mengerutkan dahinya mendengar semua sudah dibayar. Again, ini tidak penting. Jack langsung saja ke mobil dan membelah jalanan dengan kecepatan diatas normal.

Di sepanjang perjalanan ia kembali merutuki dirinya. Perasaan Jack sungguh tidak enak. Entah kenapa ia berpikir bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. Dan shit!, ia kembali bertanya-tanya. Apa semalam ia tidak menggunakan kondom?, Bagaimana jika wanita itu hamil?, dan untuk apa wanita itu menuliskan secarik kertas dengan inisial?.

Jack berpikir untuk memerintahkan Marco mencari tau wanita yang baru saja tidur dengannya. Namun ia berpikir sebaliknya. Marco bisa jadi kecewa pada dirinya karena mengkhianati perasaannya sendiri. Dikeputusan akhir Jack menelfon bawahannya.

"Fucking Hell!!" Geram Jack.

Sangat sial, kenapa hari ini jalanan padat sekali. Ia harus segera pulang penthouse. Jack merasa bersalah karena meninggalkan Edelina sendirian. Namun tidak, ia kecewa dengan Edelina. Kecewa karena Edelina sudah berjanji untuk tidak pernah mencari tau tentang isi dari kamar tersebut. Jack percaya pada gadis itu, namun gadis itu baru saja memecahkannya.

Mau Jack semarah apapun pada Lina, tetap saja terdapat secuil rasa tidak tega terhadap gadis itu. Wait!. Apa yang baru saja terjadi padanya?. Jack semakin bingung pada dirinya sendiri. Semenjak 5 tahun lalu ia mengalami PTSD, dirinya menjadi aneh dan tidak terkontrol. Terlebih jika menyangkut masa lalunya.

Jack masih saja tidak sadar jika hal yang menyangkut masa lalunya itu adalah pemicu dirinya marah tak terkontrol pada Edelina.

Perjalanan 45 menit sudah dilalui. Kini Jack kembali menginjakkan kakinya di penthouse. Ia mengutuk dalam hati, sekarang sudah jam 10 lewat. Seharusnya ia hari ini ke kantor. Jack mengelilingi seluruh sudut penthouse miliknya, namun tak ada seorang pun yang muncul.

Sepertinya Edelina juga ke kantor.

***

"Presentasi yang sangat bagus Tuan Arcnes" Ucap Edelina sembari bertepuk tangan.

Max Arcnes tersenyum. "Terima kasih telah memberikan saya kesempatan terhormat ini. sangat disayangkan Mr. Federico tidak hadir diantara kita saat ini"

Marco terkekeh. "Rapat ini terjadi karena atas perintah Mr. Federico langsung. Dia sangat tertarik bekerja sama dengan perusahaan anda Tuan" Ujar Marco.

"Saya setuju, produk ini benar-benar versatile. Dan sangat terjangkau di berbagai kalangan" Timpal Edelina.

"Terima kasih atas pujian anda Tuan dan Nyonya" Max bersalaman dengan kedua orang tersebut.

JACK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang