22. What If Love?

4.6K 188 5
                                    


Edelina dan Jack memutuskan untuk menginap di Mansion Lina. Dan paginya Jack diajak bermain golf oleh Eden dan Javier disusul oleh Blaze dan Jayden. Disana mereka hanya melakukan perbincangan ringan, tidak ada bisnis di dalamnya. Namun saat itu Jack ditanya oleh Jayden.

"Apa kau benar-benar mencintai Edelina?" Matanya menatap tajam bola mata Jack, seakan memberikan sarat bahwa ia benar-benar serius akan pertanyaannya.

Jack berdehem pelan. "Kurasa pertanyaan itu sebaiknya kau lontarkan kepada Lina"

"I said. Do. You. Love. Her?." Jayden menekankan kata-katanya.

Ini masih pagi. Tidak menyenangkan bagi Jack untuk dilontarkan pertanyaan seperti itu. Jika saja Edelina tidak menyayangi saudaranya, Jack mungkin sudah melayangkan beberapa pukulan kepada bocah sombong ini. Cih menyebalkan.

"Love hmm" Jack memasang ekspresi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang berat. "Apa kau pernah merasakan apa yang dinamakan cinta, Jayden?"

Jayden mengerutkan dahinya. "Aku benar-benar berada di ambang batas kesabaranku"

"Jawab saja"

Jayden menatap Jack sejenak. Matanya terlihat seperti sedang menilik Jack, namun tidak. Ia sedang berpikir keras. Apa dia pernah merasakan cinta?. Ia berpikir apa cinta itu sama seperti apa yang ia rasakan kepada keluarganya?. Sial, kenapa jadi ia yang dibuat seperti ini oleh pria sialan bernama Jack itu.

"Tidak" Jawab Jayden singkat.

Jack tersenyum simpul. "Then, how do you define what love is?"

"Aku tidak ingin membahas hal seperti ini lagi denganmu" Ketus Jayden.

Jayden meletakkan kopinya di meja dan mengasingkan diri ke dalam rumah. Lalu pundak Jack di tepuk oleh seseorang yang ternyata adalah Eden. Pria paruh baya itu tidak mengatakan sepatah katapun padanya, hanya menatap ke lapangan luas yang terdapat di Mansion miliknya.

"Sudah selesai bermain?" Tanya Jack.

"Hm" Eden hanya menjawab dengan deheman singkat.

Tidak terjadi percakapan apapun selanjutnya. Keduanya hanya berdiam diri. Eden mengenyahkan tangannya dari pundak Jack.

"Rumah yang indah Mr. Knight" Ucap Jack.

Eden terkekeh mendengar lontaran pria itu. "Terima kasih" Lalu Eden mengambil kursi di sebelah Jack.

Eden menyalakan pematik api untuk membakar rokoknya. Ya, meski sudah beberapa kali Elli memperingatkan bahwa tidak baik di umurnya yang sekarang untuk merokok, namun Eden tetap saja tidak mendengarkan.

"Kau merokok?"

Jack mengangguk.

Lalu Eden melemparkan bungkusan rokok dan pematik api kepadanya.

"Kau sudah memeriksa Edelina?" Tanya Eden.

Jack menghembuskan asap rokoknya santai. "Ya. Dia hanya sedikit shock, sudah biasa dia seperti itu"

"Kau seperti lebih tau banyak dariku tentang Edelina"

Jack terkekeh pelan. "Mudah"

Eden tersenyum miring. Saat ia mendengar Elli meneriakkan namanya dari dalam rumah, ia segera mematikan rokoknya di asbak.

"Eden! kau disini rupanya"

"Honey, you look stunning!" Puji Eden.

Memang benar, di umurnya yang sudah tak lagi mudah dan produktif, Elli masih saja cantik seperti ibu-ibu muda umur 20an. Eden dan Javier tidak pernah berhenti memuji kecantikan istrinya itu.

JACK'SWhere stories live. Discover now