7. Dinner

9.2K 278 15
                                    


Karena baru saja terjadi hujan yang cukup lebat, langit terasa lebih redup dari sebelumnya. Hal itu menyebabkan dua pasang insan yang begitu memburu di dalam suatu apartemen.

Lihatlah, padahal mereka hanya berciuman, namun barang-barang di apartemen Lina berantakan berhamburan, kekacauan ini mereka sebabkan tanpa sadar.

Napas keduanya memburu, mereka berbaring di lantai apartemen yang dingin. Keempat bola mata tersebut menatap nanar ke langit-langit apartemen.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan disini?" Tanya Edelina spontan.

Jack menutup matanya perlahan. Dirinya perlu mengatur napas serta gairah yang menggebu-gebu. Di dalam diri Jack yang dalam, ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ini bukan hal yang sepele, ia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Dan Jack berharap inilah saatnya, ia akan menemukan wanita yang tepat untuk dirinya. Tidak peduli bahwa wanita ini berasal dari keluarga terkaya sekalipun, Jack akan menguasainya hingga tiap inci dari tubuh wanita itu menyembah dirinya.

Bugh!

"Sialan, jangan tidur di lantai apartemenku!" Geram Edelina.

Tonjokan yang terasa geli di bahunya itu membangunkan ketenangan tidurnya.

"Bisakah kau diam saja?" Kata Jack datar.

Edelina kini bangun dari rebahnya kemudian duduk. "Apa kau bilang hah?!" Lina memincingkan matanya. "Kau yang seenaknya masuk ke apartemenku dengan basah kuyup, dan sekarang kau seenaknya berkata seperti itu padaku?!" Ucap Edelina dengan tinggi.

Jack melirik ke arah wanita itu tanpa ekspresi apapun. "Kau berisik"

Tak tahan lagi, Lina menarik kuat bahu besar itu. Jack mengernyit bingung apa yang dilakukan gadis remaja itu, dia pikir perempuan itu bisa menariknya seperti anjing?

Justru nanti Jack yang akan menariknya seperti anjing.

"Fuck! pergilah pria sialan!" Edelina menendang-nendang pria yang masih saja telentang di lantai itu.

Dengan cekatan Jack segera bangun dan segera berdiri. Ia mengambil jasnya yang berada di kepala sofa. Setelah itu ia merapikan dirinya kembali, ia berjalan mendekat kepada Lina. Ia rengkuh wajah mungil itu lalu mengecupnya singkat.

"Mmmph" Lina memejamkan matanya nikmat.

"See you later baby"

Edelina sedikit tercengang dengan perlakuan pria gila itu, sepanjang ia hidup selama 18 tahun, ia tidak pernah bertemu pria yang memiliki sifat cuek dan dingin seperti daddy, namun inilah yang ia lihat dan rasakan.

Jack. Pria itu benar-benar simbol dari segala ketampanan dewa yunani. Ia tidak melebih-lebihkan, namun ia suka saja jika diibaratkan seperti itu. Yang benar saja, Lina adalah gadis yang cantik di sekolahnya hingga banyak para pria di sekolahnya yang mengajukan diri untuk menjadi kekasihnya.

Namun semua ia tolak, dia tidak pernah seterpesona itu dengan pria-pria seumurannya, hingga ia berpikir kalau seksualitasnya adalah lesbian.

"What the hell was that?" Gumam Lina pelan.

Lalu ia pun berjalan kembali ke sofanya, tiba-tiba di pikirnya mengingat bahwa bagian itu adalah tempat dimana pria itu bersandar basah kuyup. Gila memang, entah kenapa Lina tiba-tiba mendekatkan kepalanya kepada bagian itu dan menciumnya dalam-dalam.

"Oh tuhan!" Lina spontan menutup mulutnya dengan tangan.

Wangi pria itu benar-benar memabukan kepalanya, dalam arti yang bagus tentunya. Bagaimana aroma maskulin itu menempel dan menyeruak di hidungnya, apakah aroma ini akan jadi inti memori hidupnya?

JACK'SDonde viven las historias. Descúbrelo ahora