26. Room

4.1K 167 2
                                    


Setelah beberapa hari dirawat di rumah dengan baik oleh Jack dan Katrina, Edelina kian lekas sembuh. Sekarang tubuhnya sudah mulai kembali fit. Ia juga perlahan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum sempat diselesaikan oleh Marco. Tidak mau jika perusahaan Jack kacau bukan?.

Jack merawat Edelina dengan sangat baik. Edelina sedikit terenyuh oleh bagaimana pria itu memperlakukannya. Dibalik tampang yang kasar dan kejam, Jack adalah sosok yang sangat lembut. Mungkin semua orang sebetulnya seperti itu, atau sebaliknya.

Namun benak-benak terkait dengan hal yang Jack katakan masih membekas. Dia penasaran dengan pria itu. Apa yang terjadi selama ini?. Edelina semakin curiga setelah sadar bahwa Jack tidak pernah menjadi topik berita di majalah-majalah atau semacamnya. Bahkan berita terkait hal tentang kehidupan pria itu saja tidak ada. Entah Jack memang dirinya tertutup atau ada hal lain yang ia tutupi. Atau mungkin Edelina yang hanya mati penasaran.

Tok. Tok. Tok.

"Come in!" Teriak Edelina.

"Here is your espresso" Jack memberikan cup kertas berisi espresso panas itu pada Lina.

"Thanks"

Edelina memang meminta Jack untuk membuatkan espresso. Cuaca cukup dingin malam ini, ia tidak ingin badannya kedinginan kala ia sedang bekerja. Dan beruntung pria itu sangat menurut tidak seperti biasanya.

Jack tersenyum lembut. Tangan pria itu terulur untuk mengelus puncak kepala Edelina.

"Kau tidak perlu bekerja seperti ini. Aku bisa menyuruh Marco untuk menyelesaikannya" Ujar Pria itu.

Edelina menggeleng. "Tidak. I'm okay, no need to put rubbish into peoples life"

Jack terkekeh. "Apa makaud pernyataanmu, kau sepertinya serius sekali"

"Bukan apa-apa" Jawab Edelina.

Jack mengangguk. "Kurasa Marco tidak masalah jika aku menyuruhnya u—"

"Itu akan menjadi masalah. Marco sedang sibuk menghadapi Katrina yang hamil. Kupikir kau harus memberikannya waktu luang yang lebih banyak"

"Dimengerti" Setan. Mata Jack malah beralih ke tubuh Edelina yang terbalut oleh celana pendek dan tanktop. Sialan. "Kau mengerjakan apa hm?"

Edelina mendesah jengah. "Ugh. Aku sedang mengerjakan laporan penjualan dan pengeluaran pak tua!. Sana minggir!"

Edelina mencoba mendorong tubuh pria itu menjauh namun percuma, tubuh besar berotot itu tidak tergoyah sama sekali.

"Baiklah" Jack mengecup puncak kepala Lina. "Aku ingin tidur, bisa kau bergeser sedikit?"

"Oke"

Jack merebahkan tubuh besarnya di kasur itu. Membuang napas berat seolah membuang semua masalah yang berkecamuk di kepalanya akhir-akhir ini. Bayang-bayang ia menyakiti Edelina masih melekat di kepalanya.

Jack mengernyit bingung. Apa yang terjadi dengan Lina?. Kenapa gadis itu tidak marah kepadanya?. Bukankah kesalahan yang ia buat cukup fatal?. Jack menggelengkan kepalanya kasar.

"You ok?" Tanya Edelina yang kini menoleh ke belakang.

Jack mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat wajah gadis itu, dan tersenyum. "I'm..... ok"

Edelina memasang ekspresi ragu.

"Well... it doesn't feel like it"

"Aku lelah"

Hanya itu kalimat yang bisa Jack keluarkan. Edelina yang paham hanya mengangguk dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

Kini kembali ke isi kepala Jack.

JACK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang