Dewa lebih mengenal Ristian melebihi siapapun, Dewa tau apa yang di rasakan Ristian, ia berharap Tian masih memiliki semangat untuk hidup.

Tao kembali meneteskan air mata pemuda itu memanglah cengeng walaupun humornya sangat Receh tapi percayalah ia yang paling cengeng di antara yang lain.

"Mereka kuat kan wa" Ucap Tao di sela-sela isakannya.

"Gausah nangis Devisi dua gak butuh Kapten cengeng kek lo" Tao menatap Dewa sembari mempoutkan bibirnya lucu.

"Gue serius wa!"

"Kita sama-sama berdoa untuk kebaikan mereka berdua" ucap Dewa yang di angguki anak-anak yang lain.

Cio menatap Tao yang masih terisak entahlah tadinya ia sangat sebal dengan kaptennya tersebut tapi sekarang ia jadi tidak tega melihat wajah kasihan Tao.

"Dokter bagaimana keadaan teman kita?" Tanya Raska saat dokter baru saja keluar dari IGD.

"Apa salah satu teman kalian belum lama melakukan obrasi?" Tanya sang dokter.

"Iya Ristian menjalankan obrasi jantung satu setengah bulan yang lalu" jelas Dewa.

"Mereka baik-baik saja kan dok?" Tanya Tao sembari menatap penuh harap hatinya bergemuruh tak tenang.

"Bagaimana ke adaan anak saya? " tanya Leo sembari mengatur nafas yang semakin terasa berat.

"Anak anda?"

"Iya dokter rey, Ristian anak saya dia baik-baik saja kan?" Sungguh hati Leo berdebar tak karuan ia berharap semoga anaknya baik-baik saja.

"Mari ikut saya"

Dewa dan Leo mengikuti sang Dokter sedangkan Tao kembali terduduk ia tak henti-henti berdoa untuk kebaikan kedua sahabatnya.

Tao memejamkan matanya bayangan akan sosok Ristian kembali terlintas, tawanya, candanya, ketegasanya, baik hatinya semua yang ada pada diri Tian kembali muncul di ingatan.

"Bertahan yan gue yakin lo kuat" gumam Tao.

________________

"Ristian gue suka tempat ini" ucap Rega sembari tersenyum manis, senyuman yang membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan bosan.

Tian memperhatikan sekeliling ia ingat sesuatu sepertinya ia pernah ke tempat ini tapi kapan?.

"Yan lo denger gue gak sih!"

"Iya kenapa?" Sahut Tian sembari menatap Rega yang menatap rohor tepat padanya.

"Ga kita harus pergi dari sini" ucap Tian sembari meraih tangan Rega. Setelah ia menyadari tempat tersebut.

"Ayo ga!"

"Yan di sini nyaman" sahut Rega yang masih berdiri di tempat.

"Ga, gue tau di sini nyaman tapi tempat kita bukan di sini" Tian masih terus membujuk Rega yang mulai keras kepala.

"Gue capek yan, gue lelah" adu Rega sembari menunduk.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now