Sembilan belas

351 46 37
                                    

Hargailah karya orang lain :)

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca😘

Selamat membaca
_____________________

"Ristian woy pelan-pelan bawa motor nya gue belom siap mati Tiannnnn" crocos Rega sembari teriak-triak di tengah jalan.

"Woy Rega lo malu-maluin aja dah treak-treak di tengah jalan" sahut Tao sembari berteriak.

"Lo juga gak ada bedanya lo juga treak-treak, woyyyy Tiannnn gue belom siap matii woyyy" triak Rega sembari memeluk tubuh Tian dengan cukup erat.

Kecepatan motor yang di kendarai Tian pun mulai Tian kurangi dan ia berhenti di depan rumah mewah milik keluarga Rakenza.

"Lepas gosah peluk-peluk" ucap Tian sembari melepaskan lingkaran tangan Rega di pinggang nya.

"Huhh, lain kali gue aja lah yang nyetir jadi ga kaya gini untung gue gada riwayat penyakit jantung jadi masih aman" crocos Rega sembari melirik Tian yang sudah berdiri di sampingnya.

"Udah? " tanya Tian.

"Makasih, gue pamit assalamu'alaikum" ucap Rega sebelum pergi meninggalkan Tian dengan kecepatan tinggi.

"Waalaikumsalam"

Tian menggelengkan kepalanya tidak habis fikir dengan sahabatnya satu itu.

Tian membalikkan badannya dan tak sengaja netranya menangkap dua orang yang sedang bermain bulutangkis di halaman depan rumah.

"Tian aku di sini jadi kamu oper ke sini" seru Kris sembari memberikan operan pada Tian.

"Iya iya maaf, kamu sih gak bisa nangkap" jawab Tian sembari menerima operan tersebut.

"Tian mah gitu dari tadi poin kamu naik punyaku tidak naik-naik" dumel Kris sembari manyun.

Bugh

"Aduh"  Kris mengaduh ketika tidak sengaja Tian memberikan smesh dan menimpuk kening kris.

"Tu kan jadi kena jidat kamu makanya jangan bawel" ucap Tian sembari berjalan menghampiri Kris dengan wajah khawatir nya.

Tanpa Tian sadari bibirnya melengkung ketika mengingat masa di mana ia dan Kris masih sering bermain dulu.

Tin tin tin

Suara tlakson mobil tersebut berhasil membuyarkan semua lamunan Tian.

Tian segera berjalan menuju pintu rumah
Ia melonggarkan dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya.

Saat Tian hendak memasuki rumah suara bariton yang sangat familiar memanggil namanya.

"Tian"

Tian menoleh sembari tersenyum bahagia ia langsung berlari menghampiri Devin.

"Tian kangen banget" bisik Tian sembari mempererat pelukannya.

"Apa kabar anak papa ini, papa juga kangen" balas Devin.

"Papa lama banget sih di thailand" ucap Tian sembari melepaskan pelukannya.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now