dua

1K 176 91
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca!!
___________________________________________

Selamat membaca

Tian melangkah menuju kamarnya,  dengan luka yang lebih dalam dari sebelumnya,  wajah yang sudah pucat pasi di tambah rasa nyeri  di dadanya membuat Tian membanting pintu kamarnya dengan sangat keras seranya tiada satu orang pun yang dapat masuk ke dalam sana.

Obat yang selama ini membantunya untuk menahan  rasa sakit nan nyeri langsung saja ia lempar ke dinding kamar dengan sangat kuat membuat semua butiran-butiran yang selalu ia simpan berhamburan di lantai.

Tubuh Tian meluruh, rasa sakit yang begitu terasa membuatnya tidak dapat menotopong tubuh tegap nya lagi,  tangan kanan nya mencengkram kuat dada bagian kirinya,  butiran-butiran bening berjatuhan menemani kepedihan Tian malam ini.

Dan mulai malam itu Tian muali menyerah pada takdir yang membuatnya kalah,  menyerah karena luka yang selalu ia rasa.

Tian meringkuk sembari menikmati rasa sakit di setiap inci tubuhnya baik lahir maupun batin,  saat ini sosok Tian kembali rapuh kembali jatuh,  takdir kembali menginjak-injak nya.

Menghancurkan kepingan-kepingan hati yang mulai ia terbangun kembali,  tetapi naas hatinya kembali hancur bahkan kini terasa sudah menjadi butiran debu dan berterbangan karena hembusan angin malam yang cukup kencang.

Tanpa perintah Tian merangkak berusahalah mengambil dua butir obat yang berada tak terlalu jauh dari tempatnya saat ini,  tangannya bergetar dan ia harus memaksanya untuk dapat memasukan dua butir obat ke dalam mulutnya.

Tian menelan butiran obat tersebut dengan kepiluan luka yang kian berdatangan.

Tian sadar jika Tuhan selama ini tidak pernah mengijinkannya untuk menyerah
Jadi Tian akan bangkit dan akan menunjukan kepada ibu nya jika dirinya juga pantas untuk di beri perhatian seperti kristan.

_________________________________________


Waktu begitu cepat berlalu,  rembulan telah tergantikan oleh kilauan mentari pagi yang menerobos masuk dan mengusik tidur nyenyak seorang pemuda yang masih tergeletak dengan tenang di atas lantai sejak tadi malam.

Perlahan tapi pasti pemuda tersebut membuka mata nya dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah dinding kamar yang berwarna hitam pekat.

Sebuah senyuman terukir indah di wajah tampannya entah itu senyuman kebahagiaan atau Senyuman sebagai tutup luka dan keterpurukan nya selama ini.

Perlahan tetapi pasti pemuda tersebut bangkit dan langsung berjalan ke dalam kamar mandi dengan langkah tertatih-tatih,  sebelah tangan kanannya masih senantiasa mencengangkan kuat dada kirinya.

Setelah beberapa menit pemuda tersebut sudah keluar dari kamar mandi lengkap dengan serangan sekolahnya,  dengan langkah lemahnya ia berjalan menuju  cermin yang tertempel kokoh di dinding kamarnya.

Rambut yang masih basah perlahan ia keringkan, sebuah ali-ali hitam yang masih menempel indah pada telinga kirinya kalung kebanggaan yang masih menempel indah di lehernya,  dengan gerakan perlahan tetapi pasti ia mengacak rambutnya yang sudah mulai mengering,  dua kancing baju yang sengaja ia buka sehingga menampilkan dada bidangnya.

Setelah semua nya terasa sudah selesai pemuda tersebut berjalan dan mengambil tas nya yang masing menggantung dengan tenang di tempatnya, sebelum ia keluar dari kamar ia menyempatkan diri untuk meminum obat penguat supaya tidak oleng tertiup angin yang akan menerpanya.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now