Tiga Puluh Delapan

256 30 10
                                    

"Jangan pernah menangis aku mohon karena itu hanya akan menambah rasa sakitku"

"Jangan pernah menangis aku mohon karena itu hanya akan menambah rasa sakitku"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca
________

"Yan sepertinya kita sudah dekat dengan jalan keluar" seru Nana sembari tersenyum lebar.

Ristian yang menatap itu hanya bisa tersenyum ia suka senyuman Nana ia ingin menikmati senyuman itu setiap harinya, tapi ia selalu bertanya-tanya apakah ia masih bisa mewujutkan keinginannya itu.

Mereka melangkah mendekat pada sinar terang di depan mereka, pepohonan yang sangat rindang melindungi mereka dari teriknya matahari.

"Waw ismezing" heboh Nana, gadis itu langsung berlari meninggalkan Tian.

"Tiann sini!! Airnya seger banget, aaa" gadis itu berlarian kala ombak datang mengampirinya.

Ternyata mereka ada di sebuah pulau hutan yang mereka tempati berada di tengah-tengah lautan.

"Jangan lari-lari" Tian berucap pelan seranya memperingati gadisnya yang sangat senang berlarian mengejar ombak.

Tian duduk di atas butir-butir pasir putih tersebut senyuman mengenbang indah di wajah tampannya hingga menampilkan lesung di kedua pipinya.

Netranya sendari tadi tak lepas dari senyuman Nana gadis itu terlihat bahagia bahkan tidak ada rasa kesal yang terlihat di wajahnya seperti tadi pagi.

Gadis itu berjalan mendekat pada Tian dan ikut duduk di samping Tian, Tian menoleh menatap Nana yang berkeringat.

"Seneng?"

"Iya aku sudah lama tidak menikmati suasana pantai" seru Nana , senyuman masih mengembang indah di wajahnya.

"Bahagia terus ya" ucap Tian pelan sembari mengusap surai hitam Nana.

"Tentu asalkan selalu ada kamu di samping ku, aku pasti bahagia"

Tian tak menghiraukan ucapan gadis tersebut ia kembali menatap lautan lepas tersebut menatap ombak yang terombang-ambing menciptakan suara yang indah.

Hening melanda keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing angin berhembus cukup kencang hingga mengerbangkan beberapa helai rambut mereka.

"Na"

Tidak ada sahutan tapi Nana menunggu kelanjutan kata-kata Tian.

"Aku beruntung banget bisa dapetin kamu"

"Padahal kamu tau kan aku itu penyakitan, aku kira kamu akan meninggalkan aku setelah mengetahui semua itu" Tian masih terus berkata walaupun tatapannya tetap lurus ke depan.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now