Lima puluh

461 30 22
                                    

Selamat membaca
______________

Kematian adalah di mana semua orang mendadak mencintaimu.

Setiap selamat datang pasti selalu punya selamat tinggal, kedatangan selalu punya kepergian dan kehilangan adalah bagian paling menyakitkan dari setiap kisah perjalanan terpaksa melepas dan di paksa iklas.

Sering kali harapan gugur terlumat kenyataan sering kali kecewa hadir sebagai teman sering kali amarah menjadi raja di setiap sesal.

Beberapa pertemuan hadir hanya sebatas mampir, menyapa lalu hilang tiba-tiba.
Sesuatu yang dulu sekuat tenaga di jaga kini harus sekuat tenaga untuk bisa melupa.

Yang terlama, terkadang lebih mudah untuk di lupa sedangkan yang sebentar terkadang lebih mengakar, ingatan tidak di tentukan seberapa lama namun di tentukan oleh seberapa berkesan.

Daun- daun gugur berjatuhan memeluk rerumputan lalu terurai menjadi serpihan banyak harapan hancur menghantam pahitnya kenyataan lalu melebur menjadi kepiluan.

Terkadang luka yang besar berasal dari orang dalam, seperti biasa mereka menganggap semua ini sebagai mempi buruknya.

Suara isakan tangis terdengar begitu memilukan membuat siapa saja yang mendengar akan iba.

Segerombolan anak muda memenuhi koridor rumah sakit mereka namapak kacau dan berantakan.

Pintu IGD yang tertutup membuat mereka semakin tak tenang air mata terus berjatuhan melupkan semua kepanikan yang kian mendalam.

"Regaa" suara Tao terdengar begitu menyakitkan pemuda yang biasanya selalu tertawa ceria kini terduduk di atas lantai rumah sakit yang dingin sembari menangis.

Tawanya tergantikan dengan air mata, entah mengapa ada sesuatu yang aneh di hati mereka seperti akan kehilangan namun.

"Ta bangun" Raska mengulurkan tangannya Tao hanya menatap uluran tangan tersebut biasanya Rega lah yang selalu mengulurkan tangan di saat Tao butuh bantuan.

"Raska, ini cuma mimpi kan" gumam Tao mata pemuda itu terlihat sangat sembab hidungnya memerah bahakan sudah ingusan.

Tao teringat kejadian tadi malam, tangannya terkepal kuat pikirannya berkecamuk.

"Sejak kapan lo lemah kaya gini?" Tanya Tao.

Rega perlahan bangun dan duduk di antara Dewa dan Tao ia menunduk sebentar lalu menatap lurus kedepan.

"Gue juga gak tau" sahut Rega tanpa mengalihkan pandangannya.

"Setau gue Devisi satu adalah unit keamanan yang kuat" Sahut Dewa.

"Maaf, tapi untuk saat ini gue gak bisa" sahut Rega.

"Gue harap juga gitu ta" sahut Raska sembari membantu Tao berdiri.

"Dewa, Tian sama Rega akan baik-baik saja kan" Tao menatap Dewa yang memejamkankan matanya sembari bersandar pada dinding.

Dewa membuka matanya setelah mendengar suara menyedihkan Tao.

"Mereka pasti baik-baik saja" Dewa memegang kedua bahu Tao yang kembali bergetar.

"Rega sama Tian tidak selemah itu kan?" Dewa terdiam hanya dirinya lah yang tau kesedihan Tian,kelemahan Tian dan semua keluh kesah Tian, bahkan Tian tidak pernah baik-baik saja hanya dirinya selalu memaksakan untuk terlihat baik-baik saja.

Mistakes In The Past Där berättelser lever. Upptäck nu