sembilan

527 84 57
                                    


Hargailah karya orang lain!!

_________________
Selamat membaca
_________________

Tian bergerak menuruni kasur kamarnya menuju kamar mandi
Awalnya ia ingin beristirahat saja di rumah tetapi dirinya merasa jengah karena tiada teman.

Tian sudah di perbolehkan pulang semalam oleh Harkan dengan syarat tidak lupa untuk meminum obat, bahkan sesampainya di rumah ia langsung di interogasi oleh Devin dan juga kris.

Dan Maya seperti biasa tidak peduli sama sekali, bahkan saat Tian pulang ke rumah ia langsung beranjak menuju kamar untuk tidur.

Sebenarnya Tian sudah berniat untuk memberitahukan tentang penyakit yang bersarang di tubuhnya selama ini tetapi niat tersebut Tian urungkan kembali karena ketidak pedulian Maya.

Tian bertekat akan merahasiakan penyakit yang semakin hari semakin menggerogoti tubuhnya, ia tidak mau di kasihani oleh orang yang hanya pura-pura peduli dengan nya.

Sampai waktu yang akan memberitahukan kepada mereka jika selama ini Ristian Rakenza Pradipta tidak baik-baik saja, ia berjuang sendiri untuk melawan penyakit mematikan tersebut.

Entah kapan masanya, tetapi saat itu pasti akan ada dan Tian harus mempersiapkan diri dari sekarang.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Tian keluar mengenakan kaos hitam dengan lambang tulang di bagian dada kirinya.

Kaki Tian perlahan melangkah keluar dari kamar tak sengaja netranya menangkap kebersamaan keluarganya, Kristan, Maya, dan juga Devin mereka terlihat sangat bahagia bahkan tanpa adanya Tian.

Saat Tian ingin melangkah keluar meninggalkan rumah suara tegas nan mengagetkan tersebut memasuki indra pendengaran Tian.

"Mau kemana lagi?"

Tian langsung balik badan dan menatap sang ayah yang bersadar pada dinding dengan satu kaki yang tertekuk, ayah Tian memang masih muda tak jarang orang mengira ia dan Tian itu sodara.

Tian tersenyum terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan ayahnya.

"Tian bosen di kamar pa" Jawab Tian seadanya.

"Sudah makan?" Tanya Devin sembari berjalan menghampiri putranya yang sudah mulai besar.

"Tian belum laper pa ntar kalo udah laper ya Tian makan " sahut Tian.

"Jangan telat makan engga baik untuk kesehatan" Ucap Devin sembari ngacak rambut putranya yang lebat.

"Ih papa kn rambut Tian jadi berantakan" Ucap Tian sembari membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Kamu kog kurusan yan" Ucap Devin sembari memegang pipi Tian yang mulai tirus.

"Ha?ah engga kog pa pipi Tian masih gemoy gini" Elak Tian walaupun memang benar akhir-akhir ini berat badannya mulai turun.

"Pa Tian mau ke rumah temen boleh? " tanya Tian hati-hati.

"Mau ke mana perasaan baru tadi malam kamu pulang" sahut Devin.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now