Dua Puluh Sembilan

374 49 11
                                    

Selamat membaca
_______

Setelah Tian berhasil melumpuh kan anak-anak REMOVE ia menoleh dan menatap Dinda yang ketakutan, bahakan Dinda sangat terkejut melihat keahlian Tian dalam seni bela diri.

Tapi Tian hanya menunjuk kan beberapa dan tanpa mau menambah rasa sakit pada tubuhnya ia terpaksa menembak beberapa orang di tadi.

Ia melihat Kristan yang babak belur oh ia sudah lelah mengingat kan Kristan agar tidak keluar rumah sendirian, bukan tanpa alasan tapi ia tidak mau hal seperti ini terjadi.

Ristian kembali memasuki rumah yang sudah tiga hari ini ia tinggalkan, ia membawa Kristan masuk dan seperti biasa tatapan tajam dari Maya lah yang menyambutnya.

Tian memberi isyarat pada Dinda dan Dinda yang mengerti pun langsung mengambil kotak obat untuk mengobati luka di bagian wajah Kristan.

"Dari mana aja kamu! Puas bikin semua orang khawatir!" Sentak Maya setelah Tian menduduk kan Kristan di sofa.

"Dan apa lagi ini!" Maya menatap tajam Tian yang berdiri di samping sofa.

Tian merasa kepalanya kembali berdenyut rasa sakit yang tadi sempat hilang kini kembali lagi.

"Sudah ma, kristan gak pa-pa" ucap Kristan sembari meraih tangan Maya.

"Gak apapa gimana kata mu! Lihat lah wajah mu jadi babak belur kaya gini dan ini semua pasti gara-gara Tian! "

Bak di hantam ribuan belati hati Tian kembali sakit kata-kata ibunya selalu berhasil memporak porandakan perasaannya.

"Ini bukan karna Tian ma, Tian yang sudah nolong Kristan dan Dinda dari Anak brandalan tadi" jelas Kristan ia memaksakan untuk berbicara walaupun rahangnya terasa sangat ngilu.

Tian menahan rasa nyeri pada dada nya ia menatap Maya yang juga menatap nya tangannya terkepal kuat seranya menahan rasa sakit yang mulai menjalar ke setiap inci tubuh nya.

"Kalo bukan karena Tian kamu tidak akan kaya gini Kristan!"

"Ma sudah cukup!" Kristan memperingati Maya, bisa-bisa Tian kembali meninggal kan rumah karena perkataan mamanya.

"Apa! Kamu masih mau membela anak tidak tau diri ini!"

"Sudah ma kristan mohon" pinta Kristan sembari menatap mamanya.

"Harusnya kamu tidak kembali lagi ke sini!"

"Jaga bicara mu maya!" Devin merasa lega ketika melihat Tian yang sudah berada di rumah tapi kenapa tidak ada kebahagiaan di wajah semua orang ini, malah Maya yang kembali mengusir putra sulungnya yang baru saja pulang.

"Papa sangat mengkhawatirkan mu" ucap Devin sembari memeluk Tian, Tian pun membalas pelukan dari papanya ia juga sangat merindukan kasih sayang papa nya.

"Maaf in tian pa" gumam Tian.

"Iya nak tidak apa, maaf kan papa juga ya" Devin tersenyum hangat pada putranya.

"Kristan apa yang terjadi dengan mu?" Tanya Devin pada Kristan yang sedang di obati oleh Maya.

"Ini semua karena Ristian! Jika Bukan karena Dia mungkin Kristan tidak akan seperti ini!" Maya makin kesal ia sangat marah karena lagi-lagi putra kesayangannya terluka.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now