Tiga Puluh Satu

374 36 28
                                    


Karena pada dasarnya melupakan tidak semudah membalikan telapak tangan dan segala perlakukan tidak semua bisa di maafkan.

Selamat membaca
____

Perlahan tetapi pasti Tian membuka matanya ia mengerjap beberapa kali seranya menyesuaikan cahaya di dalam ruangan tersebut.

Kepala masih terasa sangat sakit ah bukan hanya kepala tapi seluruh tubuhnya terasa sakit bahkan ia tak kuasa untuk membuka mata karena itu menambah rasa sakit di kepalanya.

Tian memejamkan matanya kembali dan bayang-bayang akan perlakuan Maya kepadanya berputar kembali tanpa sadar air matanya kembali mengalir ia tak sanggup untuk menahan.

Tian merasa hidupnya sia-sia perjuangannya hanya buang-buang waktu saja karena mau sekeras apapun Tian berusaha Maya tetap tidak mau meliriknya.

Tapi entah setelah ini apa kah Maya masih akan bersikap seperti itu padanya atau tidak ia sudah tidak peduli lagi bahkan rasanya ia ingin sekali pergi yang jauh dan tidak kembali lagi.

Mungkin Harkan sudah memberi tahu penyakitnya pada orang tua nya tapi sudah lah lupa kan saja mungkin memang sudah saat nya mereka mengetahui semua ini.

Karena Mau sekuat apapun Tian menutupinya dari keluarganya pasti suatu saat mereka akan mengetahuinya entah dari dirinya sendiri atau orang lain.

Tian samar-samar dapat mendengar suara Maya yang sedang marah-marah tapi entah dengan siapa ia tidak tahu dan juga tak ingin tahu.

Tian berusaha kembali membuka matanya tapi rasanya masih sama sangat sakit dan berat ia menghela nafas lelahnya ia tak tau sampai berapa lama ia harus seperti ini.

Ia seperti orang yang tidak berguna hanya terbaring di atas breanker dengan kabel-kabel penopong kehidupan yang tertempel seperti pameran di tubuhnya.

"Hay anak mama" Tian dapat mendengar suara lembut Maya tapi ia enggan untuk membuka mata.

"Mau sampai kapan tidur terus hem? Mama kangen sama Tian" Tian dapat merasakan tangan maya yang mengusap surai hitamnya.

"Maafin Mama ya sayang, maaf" Maya menangis sembari menggenggam tangan Tian yang terbebas dari infus.

Baru kali ini Tian tau Maya menangisinya.

"Tian marah ya sama mama? Maafin mama ya sayang" Tian senantiasa mendengarkan Maya yang bermonolog sembari menangis.

"Tian boleh marah sama mama, Tian boleh bentak mama, Tian boleh luapin semua kekesalan Tian pada mama" Maya terdiam dan mengecup punggung tangan Tian dengan Sayang.

"Tian boleh luapin semuanya sama mama tapi, tapi mama mohon Jangan hukum mama seperti ini" pecah sudah tangis Maya ia tak mampu lagi menahannya.

Tian merasakan Breankernya bergetar karena Maya, Tian tak kuasa menahan tangisnya dan air matanya juga tak dapat ia tahan lebih lama lagi ia tak bisa jika harus seperti ini.

Maya menghapus air matanya dan menatap wajah Tian ia dapat melihat Air mata mengalir dari dua sudut mata Tian.

"Sayang kamu bisa denger mama sayang?"

"Tian bisa denger semuanya"

"Jangan nangis sayang, maaf in mama" Maya mengusap air mata Tian yang mengalir dari sudut matanya.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now