tiga

842 137 85
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca

_______________________
Selamat membaca
____________

Ruangan yang sangat sepi, gelap nan berbau nikotin, asap rokok berterbangan memenuhi ruangan tersebut, pintu balkon yang sengaja di buka mempermudah angin malam masuk dan menerpanya.

Ristian Rakenza pradipta, pemuda yang saat ini sedang sibuk memainkan asap rokok, pipi yang masih basah kuyup akibat luapan dari hati membuatnya terpaku, termenung di sudut ruangan yang gelap.

Mata sayunya menatap indahnya bulan yang kini bersinar terang hingga memancarkan cahaya, membuat ruangan yang di tempati tian sedikit bercahaya tidak segelap sebelumnya.

Perlahan tetapi pasti Tian menerbitkannya sebuah senyuman, matanya terpejam rapat-rapat sehingga butiran bening kini kembali keluar tanpa dapat ia cegah entahlah hatinya terasa begitu sakit ketika mengingat perkataan Mamanya.

"Gue kuat" Gumam Tian sembari membuka matanya secara perlahan.

Sebuah getaran yang berasal dari ponselnya membuat atensinya teralihkan.

Taotagadaakal,,,,,,

Tian langsung menekan tombol hijau dan meletakkan benda pipih tersebut si dekat telinganya.

"Selamat malam, tuan Ristian Rakenza pradipta, apakah saya menggangu waktu istirahat anda?" Tanya Tao dari sebrang sana.

"Ada apa? Langsung ke inti!" Ucap Tian tegas dengan suara serak khas orang Abis nangis.

"Teno ngajakin lo balap malam ini lo mau engga?" Tanya Tao.

"Jam berapa?" Tanya Tian.

"Jam, 00:00 tepat tengah malam, dan masih ada waktu 1 jam lagi mao lo trima apa kagak nih tantangan nya?" Tanya Tao memastikan.

"Trima, gue otw kesana sekarang" Ucap Tian dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Tian menghembuskan nafas lelahnya sembari mengusap sisa air matanya sebelum bangkit.

Setelah beberapa menit Tian menjalankan ritual mandi nya, kini tian telah bersiap untuk menuju sirkuit tenpat paling damai bagi Tian.

Langkah lebarnya mengantarkan nya memasuki ruang tamu, dan tak sengaja netranya bertemu dengan netra kristan.

"Mau kemana kamu!" Suara bariton yang sangat familiar di indra pendengar Tian membuat atensi Tian teralihkan.

Mistakes In The Past Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin