Empat Puluh Tujuh

Start from the beginning
                                    

Bugh,

Satu tonjokan mendarat dengan mulus di rahang kokohnya, Rasa ngilu di rahangnya terasa begitu jelas.

Ia menatap wajah Tian yang berapi-api saat Tian hendak memberikannya pukulan kembali kepada Kris tubuhnya langsung di tarik dan di peluk oleh Devin.

"Lepas pa!" Tian masih memberontak ingin di lepaskan setelah mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan tadi ia tidak bisa mengontrol emosinya.

"kamu kenapa?" Tanya Devin.

"Tanyakan saja pada anak biadap papa itu" Tian menunjuk wajah Kristan.

Leo yang kebetulan belum pulang dari rumah Devin ikut mendekati Tian dan mengusap punggung pemuda tersebut.

"Kalo ada masalah di bicarakan baik-baik jangan kaya gini" ucap Leo dan Devin mengiyakan apa yang di katakan Leo.

Mereka semua turun ke bawah dan di sana sudah ada Rega dan Anisa yang nampak pucat, pipi gadis itu mulai tirus bibirnya tak semerah cerry lagi.

Jantung Kristan berdegub lebih kencang kringat dingin mulai membanjiri tubuhnya tangannya mengepal kuat ia harap kedatangan Anisa ke sini bukan untuk meminta pertanggung jawabannya.

"Pucet amat muka lo" ucap Rega saat melihat wajah Kris yang memucat.

"Padahal kan yang hamil Anisa bukan lo" ceplos Rega tanpa aba-aba.

Tubuh Kristan serasa mati rasa pertahannya hampir saja runtuh, sekuat mungkin ia berdiri tegap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Anisa hamil?" Gumam Rio yang baru saja muncul dari dapur sembari membawa segelas Teh.

"Siapa sa?" Tanya Rio sembari meletakkan teh tersebut di depan Anisa.

"Siapa yang sudah hamilin lo!" Sentak Rio tersiratkan emosi dari kedua mata pemuda tersebut.

"Bang" Anisa kembali menunduk dan menangis.

"Lo harus tanggung jawab kris" Rega berkata sembari berdiri.

"Gue gak mau!"

Bugh,,

Satu pukulan kembali Tian layangkan tepat di plipis kembarannya tersebut.

"LO HARUS TANGGUNG JAWAB SIALAN!!"

"DIA BUKAN ANAK GUE!!"

"tega kamu ngomong kaya gitu" suara Anisa terdengar menyedihkan.

"Tian, Kris sudah kita dengarkan penjelasan dari nak Anisa" ucap Devin tegas.

Anisa mulai menceritakan semuanya tanpa celah sedikitpun Rega mengepalkan tangannya kuat ia tidak bisa menerima fakta ini tapi mau bagaimana lagi ini sudah terjadi.

Rio sama terkejutnya, Kristan yang sangat terlihat polos nan cupu bisa berbuat senekat itu gara-gara masalah yang ia hadapi.

Tangan Tian sudah gatal ingin rasanya ia menghabisi kembarannya sekarang juga ia benar-benar tidak habis fikir dengan jalan fikiran kembarannya tersebut.

"DASAR BAJINGAN! BRENGSEK!!" Tian mendorong tubuh Kristan hingga pemuda itu terpental beberapa meter.

"Tian jangan seperti itu nak" Leo menahan tubuh Tian.

"LO BENCI DENGAN DADDY GARA-GARA DADDY NINGGALIN MAMA SAAT MAMA HAMIL DAN SEKARANG LO! LO GAK MAU TANGGUNG TANGGUNG JAWAB ATAS PERBUATAN YANG LO PERBUAT!" Dada Tian naik turun menahan emosi yang kian memuncak.

"GUE BENCI SAMA ORANG YANG LO PANGGIL DADDY KARENA DIA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!" sela Kristan.

"DAN TANPA LO SADARI SIFATNYA MENURUN KE LO! SIALAN!!

BRAKKK,,

meja di depan Anisa berguling akibat tendangan membahana dari Tian, Anisa terkejut begitupun dengan yang lain.

"Istigfar tian"

"Astagfirullahhalazim" Tian mengusap wajahnya kasar nafasnya tersengal-sengal ia tidak habis fikir dengan drama baru ini.

"Papa akan nikahkan kalian malam ini juga" putus Devin.

"Pa gak bisa kaya gitu dong!"

"Kristan sejak kapan kamu melawan dengan papa!"

Rega menoleh menatap Rio yang terduduk di atas lantai pandangan pemuda tersebut kosong, lalu ia beralih menatap Anisa yang masih terisak dalam tangisnya.

"Ingat lo adalah tokoh utama dalam masalah ini jadi lo harus kuat" Rega berjongkok di hadapan Anisa sembari berkata seperti itu.

"Gue suka sama lo, semangat orang baik" lanjut Rega sembari tersenyum, semyumannya nampak begitu tulus.





Bonus


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















Mistakes In The Past Where stories live. Discover now