chapter 56

7.5K 958 197
                                    

56. Keputusan Rafisqi tentang kondisi Reynand

***

Rafisqi cepat-cepat kembali ke Bandung ketika mendapat kabar dari Ardi bahwasannya keadaan Reynand kembali memburuk, begitu juga dengan Reza yang enggan mengobrol dengan siapapun karena mendengar kondisi kakaknya kembali memburuk.

"Pak lebih cepat," ucap Rafisqi kepada supir pribadinya.

"Baik."

Rafisqi menghela nafas kasar, kekhawatiran dan ketakutan kini menjadi satu. Seharusnya Rafisqi tidak pulang ke Jakarta lebih dulu, harusnya tetap di Jakarta untuk menemani kedua anak nya yang sedang berada dititik terendah mereka.

"Pak, tolong.." kata Rafisqi.

"Apa sebaiknya kita pake jalan pintas saja, Tuan?" tanya Pak Supir. Beliau tau seberapa khawatirnya Rafisqi terhadap kedua anaknya.

"Iya, Pak. Saya mohon, saya ingin lebih cepat sampai." Pak Supir mengangguk dan memilih untuk jalan pintas yanh untungnya Pak Supir tau dan hapal.

"Lindungi anak saya Ya Allah, jangan dulu mengambilnya," gumam Rafisqi kini perasaanya semakin tidak enak, entahlah.

Ting..

PakArdi
Pak, Reza menanyakan keberadaan bapak.

Rafisqi memijit keningnya yang berdenyut nyeri. "Za sabar sayang, Ayah ada disini, Nak," lirih Rafisqi.

"Tuan tenang, saya janji akan bawa Tuan sampai ke Bandung lebih cepat." Rafisqi mengangguk.

"Iya, Pak."

Rafisqi mengkhawatirkan keadaan Reynand yang ternyata memburuk juga kondisi psikis Reza yang takut terguncang kembali.

Rafisqi
Saya telpon, berikan kepada Reza..

Rafisqi langsung menelpon nomor Ardi dan Ardi mengangkatnya, dan yang bersuara adalah suara Reza yang terdengar sangat purau.

"[Ayah...]" Rafisqi merasakan perihnya mendengar suara Reza yang terdengar putus asa.

"[Iya jagoan, ini Ayah disini..]"

"[Ayah kesini, Reza takut,]" lirih Reza yang semakin membuat Rafisqi ingin memeluk anak itu.

"[Eza gak harus takut, Nak. Ayah dijalan, doain Kakaknya ya. Eza harus kuat, jangan ngeluh, Ayah akan sampai,]" ucap Rafisqi berusaha untuk memberi pengertian.

"[Kakak gak mau bangun, padahal udah Eza bangunin. Dan kenapa disaat Eza keluar dari ruang rawatnya, kondisi Kaka malah melemah? Kenapa, Yah? Kakak marah, ya?]" tanya Reza bertubi-tubi dibalik telpon itu.

"[Kakaknya lagi istirahat, nanti kalau istirahatnya udah Kak Rey pasti bangun. Enggak, Kak Rey bukan marah, Nak. Sudah ya, lebih baik kamu doain Kak Rey terus, dan istirahat udah malam, Ayah janji ketika kamu bangun, Ayah sudah sampai.]"

"[Ayah cepat, Reza takut, Yah..]" Rafisqi mengangguk walau Rafisqi tau Reza tidak bisa melihatnya.

"[Iya, Eza sama om Ardi dulu ya?]"

"[Heem.]"

Panggilan terputus, Rafisqi lega akhirnya Reza mau berbicara dengannya dan masih membutuhkannya tidak seperti kemarin.

***

Setelah mengobrol dengan Rafisqi, Reza kembali tidak mau berbicara dengan siapapun, termasuk dengan Ardi yang memang berada diruangan Reza dengan Rio. Sedangkan teman-teman Reza ada diruangan samping tempat keluarga menunggu.

"Reza, Om minta tidur. Gak denger kata Ayah kamu tadi apa?" tanya Ardi.

Reza menunduk, tak ingin melihat siapapun saat ini. "Iya, Za. Tidur, udah malam banget ini.." Kini Rio angkat bicara.

Alvrenza Shaqeel || ENDWhere stories live. Discover now