chapter 26

7.1K 802 124
                                    

26. Kebawelan Narendra

***

Sepulangnya Salsha 20 menit yang lalu, Reynand datang atas suruhan Rafisqi. Reza yang memang tak mau bertemu dengan Reynandpun hanya bisa berbaring dan membelakangi Rafisqi dan Reynand.

Reza cape mengejar, cape mencari perhatian namun tekadnya masih ada untuk mendapatkan maaf yang tulus dari Reynand.

"Eza..." panggil Rafisqi, Reza hanya berdehem singkat sebagai jawaban.

"Kak Rey jenguk loh ini," ucap Rafisqi. Mendengar perkataan Rafisqi Reynand hanya memutar bola matanya malas.

"Rey sini!"

"Rey ada urusan, Yah. Abrial minta dijemput dirumah temannya," tutur Reynand. Dibalik selimut itu, Reza mengepalkan tangannya, lagi-lagi Abrial yang menjadi prioritas Reynand.

"Adek kamu sakit loh," ucap Rafisqi.

Sebelum Reynand masuk keruang rawat Reza, Rafisqi memang berbicara empat mata dengan Reynand, itu alasan mengapa Reynand mau masuk keruang rawat Reza, karena permintaan Rafisqi.

"Abrial udah nunggu, Yah. Gak enak kalau dia nunggu lama, nanti dia mikir apa-apa," keluh Reynand.

"Kamu lebih memilih adik tiri kamu dari pada adik kandung kamu?" tanya Rafisqi.

"Yah, Rey punya tanggung jawab juga soal Abrial." Rafisqi menghela nafas kasar, anak sulungnya ini sudah benar-benar berubah.

"Kamu lupa tanggung jawab tentang seorang Kakak kepada adiknya?"

"Iya untuk itu Rey mau pergi, adik Rey lagi butuh-

"Pergi aja!" ucap Reza yang masih bergulung dengan selimut.

Reynand dan Rafisqi menoleh serempak. "Kenapa masih diam? Sok pergi!" Reza membalikan tubuhnya dan melihat kedua lelaki itu menatapnya.

"Lo kan punya tanggung jawab, Abrial adik lo lagi butuh Kakak nya tuh," kata Reza. Tidak ada yang tahu bahwa tangannya telah mengepal menahan emosi.

"Eza.." tegur Rafisqi.

Reza menggelengkan kepalanya. "Biarin aja, Yah. Jangan dipaksa, percuma. Dia udah gak mau anggap aku sebagai adiknya, adiknya Abrial bukan aku," keluh Reza tidak memperdulikan sakit yang selalu bersarang dikepalanya.

"Tapi kamu bu-

"Enggak, biarin aja. Dan sekarang lo pergi aja, jangan dengerin Ayah. Maaf gara-gara Ayah waktu lo terbuang buat gua," tukas Reza dan kembali membalikan badannya.

Rafisqi menatap Reynand dengan tatapan kecewa. Rafiqsi benar-benar kecewa kepada anak sulungnya yang lebih memilih memperhatikan orang lain dari pada adiknya sendiri.

"Kamu udah ingkirin janji kamu sendiri, Rey," lirih Rafisqi yang tentu saja masih terdengar oleh Reynand dan Reza.

"Iya, dan itu juga bukan salah Rey." Rafisqi berdecak.

"Terserah."

"Rey pamit." Setelah itu Reynandpun menyalami tangan Ayahnya dan keluar dari ruang rawat Reza.

Rafisqi mendekat dan mengusap puncak kepala Reza. Dengan pelan Reza pun membalikan kembali tubuhnya dan disambut oleh senyuman hangat Rafisqi.

"Yah, lain kali jangan memaksakan Kak Rey," lirih Reza yang kini hanya menatap depan dengan pandangan yang kosong.

"Karena bagi Kak Rey, Reza itu bukan siapa-siapanya," sambung Reza.

"Masih mau bertahan?" Reza mengangguk pelan.

Alvrenza Shaqeel || ENDWhere stories live. Discover now