chapter 46

7.7K 1K 221
                                    

46. Dalam lukanya

***

Hanya bisa menatap sendu raga yang kini terbaring lemah dengan selang infus, dan juga selang yang menyalurkan darah kedalam tubuh Reza. Reynand tidak bisa melakukan apa-apa ketika mendapati tubuh ini sehancur itu, Reza tervonis anemia sejak 4 bulan yang lalu, dan juga asam lambung.

Asam lambungnya sudah ada tak kala awal-awal Reza stay diBandung. Reynand mendapat penjelasan itu dari Rio. "Udah mau subuh, gak pulang?" tanya Rio bangkit dari rebahannya.

Reynand menggelengkan kepalanya, Reynand tidak mau meninggalkan Reza dalam kondisi seperti ini apalagi Reza belum membuka matanya sejak pingsannya.

"Lo gak tidur?"

"Gua terjaga buat Reza, Yo," lirih Reynand tanpa menoleh kepada Rio yang berada dibelakangnya, tepatnya disopa.

"Anaknya lagi istirahat gak semudah itu buat bangun, kata dokter adik lo itu harus istirahat total. Lo denger penjelasannya kan?" tanya Rio namun tak dibalas lagi oleh Reynand.

"Minimal kabari orang rumah, bunda lo pasti nyariin anak sulungnya."

"Gua males pulang, Yo. Muak gua lihat Abrial, bisa-bisanya dia kayak gitu padahal udah gua anggap adik sendiri," tukas Reynand.

"Jadiin pelajaran aja lah, sekarang coba fokus sama Reza. Gua yakin, marahnya dia ada kepuasan dalam dirinya. Puas dalam menanti lo yang mulai menyadari keberadaan nya," jelas Rio.

"Kayaknya bakal susah gua dapat maaf dari Reza. Ingat dengan apa yang gua perbuat sama dia, itu emang udah keterlaluan dan udah seharusnya gua yang berjuang buat Reza," lirih Reynand masih menatap sendu wajah Reza yang nampak pucat.

"Ya, lo harus berjuang."

"Lo udah labrak Abrial?" Reynand mengangguk.

"Bunda gua gak tau, kayaknya gua gak akan ngasih tau dulu tentang ini. Bunda gua sayang banget sama Abrial, Yo. Gua takut bunda gua kecewa dan Abrial jadi kemarahan dia." Rio terkekeh.

"Masih lo mikirin gimana Abrial nanti? Bukannya lo sadar bahwa yang nyakitin Reza itu Abrial, dan yang paling banyak nyakitin Reza ya lo sendiri, kok lo bisa masih mikirin Ab-

"Gak gitu maksud gua, gua ngasih dulu kesempatan buat Al-

"Lo ngasih kesempatan sama Abrial, yang jelas-jelas dengan kesalahan yang nyata. Sedangkan sama Reza? Lo langsung nutup kesempatan sampai adik lo kayak gini, fisik, mental dan hatinya hancur Rey!" tegas Rio.

"Lo lupa bahwa awal dari semuanya adalah kesalah pahaman lo sama adik lo yang bahkan lo gak tau kejadian dibalik itu apa dan lo gak ngasih kesempatan. Sedangkan sama Abrial, jelas-jelas dia udah salah tapi masih mau ngasih kesempatan? Gila lo Reynand! Gua harap, Reza gak maafin lo semudah itu," tukas Rio dan meninggalkan Reynand.

Rio tak ingin emosinya keluar didalam ruangan berwarna putih tulang ini.

Reynand termenung, digenggamnya tangan Reza dengan pelan dan penuh kehati-hatinya.

"Gua bingung harus gimana, Za.. Bangun dulu yu," lirih Reynand berharap Reza bangun dan bisa memaafkannya lebih mudah.

Reynand mengecup punggung tangan itu yang dingin, air matanya menetes membasahi punggung tangan itu.

Reynand hanya ingin Reza segera bangun dan menatapnya hangat.

"Ayo boy, bangun. Ini Kakak lo udah ada sama lo," lirih Reynand.

Ketakutan Reynand ada, Reynand takut Reza menghindarinya karena luka yang diberikan kepadanya terlalu banyak dan Reynand takut Reza membencinya dengan rasa penyesalan yang kini dirasakan oleh Reynand.

Alvrenza Shaqeel || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя