chapter 50

7.9K 981 250
                                    

50. Kekecewaan Reza

***

Salsha hanya menangis dalam diam mendengar perdebatan antara kedua putranya itu. Sesak ketika melihat kedua anaknya yang saling menyayangi sekarang berantem.

Reynand dan Abrial, dua putranya yang tidak pernah berantem kini berantem dengan permasalahan yang rumit karena anak bungsunya.

Jadi, siapa yang harus disalahkan?

"Awal permasalahan ini karena bunda, bunda menyakiti ayah kalian dan menyakiti kalian. Dan maaf Al, kamu malah ikut serta dalam permasalahan ini," lirih Salsha dalam diam.

Satu sosok menghampiri Salsha dan menepuk bahu Salsha. "Kamu tenang, biar Mas yang ngobrol sama Reza." Salsha hanya tersenyum mendengar suami nya 'Ardi'. Ardi sangat baik dan jika jujur, Ardi memang menyayangi Reza hanya saja Reza yang enggan melihat Papah tirinya itu.

"Ngomong bersama anak seperti Reza itu harus baik-baik apalagi hati-hati. Kata Rey, mental Reza sedikit terguncang dan perlu waktu buat mengobrol tenang dengannya. Untuk saat ini, kamu mengobrol sama Reza kamu gak akan dapat hasil." Salsha mengangguk.

"Makasih, udah mau bantu aku."

"Reza juga anak, Mas. Mas ingin anak-anak kita damai, dan Mas ingin mereka tinggal bareng disini. Bangga loh punya 3 bujang terus rukun-rukun."

Pertanyaanya, apa bisa Ardi membuat ketiga remaja itu rukun? Tanpa salah-satu diantara mereka hilang?

"Tapi, Mas harus membuat hukuman buat Al.." Salsha menggelengkan kepalanya.

"Sepenuhnya Al gak salah, disini aku yang salah. Udah ya, biarkan Abrial tenang dulu. Kasian, dia juga ada dimasa takut kehilangan Reynand, Reynand kakak idaman Abrial banget, Mas. Dia pasti sedih," lirih Salsha.

"Iya, Mas paham. Hanya memberikan sedikit hukuman agar kejadiannya tidak terulang untuk semena-mena kepada orang."

"Kamu terlalu sempurna menjadi ibu untuk Al-

"Dan aku gagal jadi ibu buat Reza," lirih Salsha, Ardi terdiam. Ntahlah, karena Ardi juga beranggapan seperti itu.

***

Pusing, itu lah yang Reza rasakan ketika membuka matanya. Setiap harinya Reza memang sering merasa pusing apalagi setelah bangun tidur seperti ini.

"Bangun lo, sini makan!" tutur seseorang yang tak lain adalah Rio

Reza menyerjabkan matanya, dan duduk bersila. Tumben sekali Rio sudah berada didalam kamar kos-nya, jangan-jangan semalam Reza lupa mengunci kamarnya?

"Mending langsung mandi, Za. Udah siang, mau sekolah kan?"

"Heem.."

"Lo gak usah ikut latihan dulu buat hari ini, sebulan lo istirahat dari olagraga melelahkan itu," ujar Rio.

Reza berdecak. "Apa sih? Gak usah larang-larang.".

"Heh gak denger kata dokter apaan? Istirahat Reza, badan lo lemah banget biarin dia kuat dulu," cerocos Rio menuangkan sup yang berhasil Rio buat.

"Okey, hari ini gua gak latian." Walaupun kesal, Reza tetap menurut dan dengan cepat Reza mengambil handukanya, tanpa banyak bicara lagi Reza masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Rio hanya tersenyum tipis setelah itu, Rio meronggoh ponselnya dan mengirimkan pesan kepada seseorang.

RioAbkar
Reza baru bangun.
Dia gk ltihan hri ini,
lo bnr mau brhnti jdi guru?

Hanya membutuhkan waktu 10 menit kurang, akhirinya Reza keluar dari kamar mandi setelah tadi mengambil seragam sekolahnya.

"Sini makan!" ajak Rio.

Alvrenza Shaqeel || ENDWhere stories live. Discover now