chapter 34

6.4K 867 98
                                    

34. Ingin seperti dulu lagi

***

"Bagus! Ini yang gua suka," batin Abrial.

"Lo gak papa? Reza ngomong apa aja sama lo? Gua kaget Reza berani banget nonjok lo diarea sekola kayak gini," tanya Reynand dengan khawatir.

"Gua aja gak ngerti, Kak. Reza nonjok gua, untung aja lo datang dan Reza gak terus-terusan nonjok gua," keluhnya.

"Yaudah ayo gua obatin lukanya, nanti keburu infeksi," ajak Reynand dan Abrial mengangguk mengajak Reynand untuk ke UKS sekola.

Sedangkan Reza hanya berjalan dengan tatapan kosongnya, mengacuhkan orang-orang yang terpana dengan kegantengannya, tak jarang cewek-cewek disini menyapanya.

"Lama-lama gua capek, Kak. Mau nyerah aja dan hidup gua kembali normal," batin Reza.

Pikiran Reza kembali drop, Reza berada kembali dititik rasa cape dengan hidupnya dan itu perihal Reynand.

Reynand berhasil membuatnya berharap dan jatuh secara bersamaan. Dan Reza semakin yakin bahwa manusia dimuka bumi ini hanyalah pemberi harap sekaligus dapat menyakiti, seharusnya dari awal Reza tak berharap walau beberapa kali menepis untuk tidak berharap. Namun, namanya juga manusia. Reza salah, seharusnya Reza hanyalah berharap pada yang diatas, yang maha memberi maaf dan maha membulak balikan hati manusia.

"Za..." ucap Chaka yang menghampiri Reza dan menepuk bahu Reza.

Reza menoleh dan menatap Chaka dengan tatapan bertanya. "Ehh bibir lo kenapa brodi?" tanya Chaka yang reflek akan memegang bibir Reza yang lumayan luka.

Dengan cepat Reza menepisnya. "Apa sih pegang-pegang," ketus Reza.

"Itu bibir lo kenapa setan!" kesal Chaka yang penasaran.

"Kepo!"

"Yaudah ah bodo amat gua, ayo kantin tadi gua disuruh Ardan buat nyariin lo, makan kita!" ajak Chaka.

"Hemm.. gas!" balas Reza seadanya.

Alhasil merekapun berjalan kearah kantin untuk menyusul yang lainnya.

"Tim A tanding jam duaan, so nanti kita nonton!" Reza mengangguk patuh, keadaan hatinya sedang tidak baik.

Merekapun sampai dikantin dan duduk ditempat teman-temannya sudah berkumpul.

"Lo berdua udah gua pesenin," tutur Damar.

"Za, bibir lo kenapa? Lo dijahatin orang? Siapa? Nyari ribut banget," celoteh Naren yang menyadari luka itu.

"Kepo."

"Za?" tanya Ravin.

Reza menggelengkan kepalanya. "Gak usah mikirin gua, diam aja," acuh Reza.

Mereka tak kembali bertanya, bisa dilihat Reza sedang mode senggol bacok.

"Gampang banget rubah mood lo, Za," lirih Ardan.

"Gua cape aja, Dan.." batin Reza.

Reza memang mendengar ucapan Ardan yang sangat lirih. "Kalau ada masalah cerita, jangan jadi orang pemendam, stres lo ntar ujungnya sakit lagi. Ingat, akhir-akhiri ini lo sering banget tumbang," jelas Damar.

"Iya, sans aja. Gak ada apa-apa," balas Reza.

Pesanan merekapun sampai, dengan happy Naren mengambil kecap dan menuangkannya dimangkuk bakso miliknya.

"Kecap doang? Udah kayak anak bay-

Chaka kicep ketika melihat Ravin menatap tajam dirinya. "Ya dah ada pawangnya," ketus Chaka yang gagal menganggu Naren.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang